Sunday, 30 January 2011

KOPI [kopi] KOPI

Bukan cuma karena sangat doyan 'ngopi' alias minum kopi maka aku lantas mengumpulkan beragam fakta unik tentang kopi dari berbagai sumber, tapi juga karena takjub melihat bagaimana minuman yang satu ini mampu menjadi ikon jejaring sosial di berbagai belahan dunia. Gak perlu jauh-jauh, di kota asalku saja (baca: Banda Aceh), kopi dan warung kopi menjadi simbol 'gaul' lintas generasi. Belum lagi kalau kita menyebut beberapa nama besar seperti Starbucks, Costa, Douwe Egberts, Ya Kun Kaya Toast atau Kopitiam, Dome, Nero, Rouge, Ritazza, dan banyak lagi yang lainnya, yang masing-masing punya kelas penggemar atau komunitasnya sendiri. Bahkan kopi yang berasal dari kotoran luwak, binatang sejenis musang, yang dulunya dikenal sebagai kopi lezat ala masyarakat tradisional kini telah menjadi merek dagang internasional pula. 


Black & White Rumoh Kuphi - Banda Aceh
Pionir kedai kopi berkonsep modern namun bercita rasa tradisional di Banda Aceh


Sejarah Kopi
Awal mula kopi dikonsumsi oleh manusia dimulai dengan cerita rakyat di Ethiopia sekitar 1000 tahun yang lalu, ketika ada sekawanan kambing ternakan yang setelah mengkonsumsi biji mentah kopi yang berbentuk berry lalu bersikap bersemangat dan digambarkan seolah-olah seperti menari kegirangan. Para peternak pun lalu meneliti jenis buah berry yang dimakan ternak kambing tersebut dan mulai ikut mengkonsumsinya. Awalnya masyarakat tradisional di Afrika memakan biji kopi mentah untuk memperoleh efek energi dari kafein yang dikandung biji-bijian tersebut. Tidak diketahui dengan pasti sejak kapan manusia mulai mengkonsumsi kopi dengan cara meminum air seduhan atau rebusan biji kopi yang telah diolah dan dipanggang.

Beberapa situs web yang aku telusuri menyebutkan bahwa Islam memiliki kontribusi yang kuat bagi berkembangnya kopi menjadi minuman kelas dunia. Ajaran Islam melarang umatnya meminum minuman beralkohol namun membolehkan kopi sebagai 'minuman-sosial'. Kopi pada saat itu menjadi minuman favorit para ulama Muslim dan para Sufi terutama di wilayah Yaman. Pada masa itu kopi disebut dengan sebutan 'qahwa' yang berarti 'wine' pada bahasa Arab kuno dan diyakini menjadi induk bahasa yang menjadikannya dikenal sebagai 'coffee' atau 'koffie' atau 'kopi' di masa kini. Namun ada juga sumber yang menyebutkan bahwa nama 'kopi' berasal dari daerah di mana tanaman biji-bijian ini awalnya ditemukan yaitu di wilayah Kerajaan Kaffa di Ethiopia

Pada abad ke-15  kopi menjadi minuman sosial yang dikonsumsi di kedai-kedai kopi di wilayah-wilayah yang tersentuh peradaban Muslim dan menjadi monopoli perdagangan Arab. Pada masa itu Arab tidak mengekspor tanaman kopi dan biji kopi mentah. Kopi olahan menjadi komoditi andalan dalam perdagangan antara negara-negara Islam dengan Italia. Dari Italia kopi olahan tersebar ke negara-negara Eropa lainnya, karena harganya yang tinggi kopi pun menjadi minuman mewah yang dikonsumsi orang-orang kaya di Eropa pada masa itu. 

Namun monopoli Arab pada perdagangan kopi ini mulai diretas pada sekitar tahun 1650-an, ketika seorang peziarah dari India bernama Baba  Budan menyelundupkan beberapa butir biji kopi keluar dari kota Mekkah dan membawanya pulang ke India. Biji tersebut kemudian ditanam di wilayah Chikmagalur (atau dikenal juga sebagai Chikkamagalur) di kawasan India Selatan dan dipercaya menjadi bibit bagi tanaman kopi yang kini tersebar di seluruh dunia. 

Kopi sempat dikenal sebagai 'Muslim Drinks' dan dilarang dikonsumsi oleh gereja-gereja Kristen Orthodox di Ethiopia. Kehadiran kopi sebagai 'minuman umat Muslim' juga sempat ditolak di Eropa sekitar tahun 1600 namun Paus Clement VIII mengesahkannya sebagai minuman yang boleh dikonsumsi umat Kristiani. Pada tahun 1675 di Inggris orang-orang dilarang berkumpul di kedai kopi, karena kedai kopi dianggap sebagai tempat perencanaan konspirasi melawan Raja Charles II yang berkuasa pada masa itu. Kedai kopi juga pernah dilarang keberadaannya di Turki pada masa pemerintahan Sultan Murad IV di Kerajaan Ottoman karena dianggap sebagai tempat perbincangan politik yang mendiskreditkan dirinya (baca cerita lengkapnya di http://www.accidentalhedonist.com/index.php/2006/03/24/food_stories_the_sultan_s_coffee_prohibi).

Ekonomi Kopi
Kopi merupakan komoditas trading terbesar nomor dua di dunia setelah minyak bumi. Sedikitnya ada 65 negara di dunia yang menjadikan kopi sebagai komoditi perdagangan internasionalnya dan kesemua negara ini berada di sepanjang garis Ekuator atau di wilayah tropis sehingga dalam perdagangan kopi wilayah penghasil kopi tersebut disebut juga sebagai "The Bean Belt".  Negara pengekspor utama kopi di dunia adalah Brazil yang mensuplai sekitar 40% dari pasokan kopi dunia.

Jenis kopi yang menguasai pasar perdagangan kopi dunia adalah Arabica dan Robusta. 70% penggemar kopi di dunia mengkonsumsi kopi Arabica yang memiliki cita rasa yang lebih ringan dibandingkan Robusta, dan memiliki aroma yang lebih legit. Kopi Robusta dikonsumsi oleh 30% penggemar kopi yang menyukai rasanya yang lebih pahit dengan kandungan kafein 50% lebih tinggi dari kopi jenis Arabica. 

Robusta juga sering digunakan untuk menghasilkan Espresso karena lebih berbusa dan lebih pahit, serta secara ekonomis lebih murah ketimbang menggunakan Arabica.

Pengolahan Kopi
Secara tradisional, biji kopi mentah yang berwarna merah dipetik dengan menggunakan tangan dari tangkai-tangkai pohon kopi. Biji tersebut lalu dikelupas dari kulit luarnya yang lunak. Biji yang digunakan untuk minuman kopi adalah biji yang berada di bagian dalam yang keras dan biasanya berwarna hijau pucat. Sebelum dipanggang biji-biji tersebut disimpan selama beberapa waktu untuk mengalami proses fermentasi guna menghilangkan sisa-sisa getah dari kulit luarnya yang telah dikelupas. Setelah cukup mengalami proses fermentasi biji kopi lalu dicuci bersih dengan menggunakan air dalam jumlah yang banyak. Banyak orang percaya bahwa kualitas air yang digunakan untuk mencuci biji yang telah difermentasi ini ikut mempengaruhi cita rasa kopi yang telah diolah. Mungkin itu pula sebabnya kenapa kopi yang berasal dari kawasan pegunungan biasanya berkualitas lebih baik, karena dicuci dengan menggunakan air pegunungan yang kualitasnya umumnya lebih baik dibandingkan air di kawasan hilir.

Biji kopi yang telah dibersihkan seperti ini biasanya dijual sebagai kopi mentah atau dikenal juga sebagai biji kopi hijau. Untuk menghasilkan kopi yang bisa dikonsumsi, biji kopi hijau dipanggang dengan suhu sekitar 200 derajat Celcius. Rasa dan aroma kopi yang diinginkan sangat dipengaruhi oleh lamanya proses pemanggangan. Pada saat dipanggang, biji kopi akan mengeluarkan kandungan karamel alami yang memberikannya cita rasa sekaligus warna. Semakin lama kopi dipanggang akan semakin baik aromanya dan semakin tinggi pula kadar caffein yang dihasilkan. Biji kopi yang telah dipanggang akan berukuran lebih besar dari biji kopi hijau. Biji yang dipanggang sempurna biasanya akan berukuran dua kali lipat lebih besar dari biji kopi hijau yang mentah.

Untuk membatasi asupan caffeine ke dalam tubuh banyak orang yang mengkonsumsi kopi jenis decaffeinated atau kopi decaf. Proses penghilangan caffeine dari produk kopi decaf  menggunakan bantuan bahan kimia yang bernama methylene chloride. Studi yang dilakukan oleh Occupational Safety and Health Administration (OSHA) of United States Department of Labor menyebutkan bahwa eksposure atau kontak antara pekerja industri dengan methylene chloride ini berpotensi memicu kanker, namun aku belum memperoleh hasil studi lain yang menyebutkan bagaimana pula resikonya mengkonsumsi kopi decaf yang telah mengalami proses pelarutan dengan zat ini. Produk kopi decaf pun sebenarnya tidak 100% bebas caffeine. Kandungan caffeine dari 10 cangkir kopi decaf setara dengan kandungan caffeine dari 1-2 cangkir kopi yang ber-caffeine.

Kopi dan Kesehatan
Kopi memiliki kandungan antioksidan yang dapat melawan racun akibat radikal bebas di dalam tubuh manusia serta membantu regenerasi sel. Para pecandu kopi biasanya akan minum lebih dari satu cangkir sehari yang sebenarnya masih relatif aman, karena kopi dipercaya hanya akan berefek mematikan bila diminum antara 80 hingga 100 cangkir terus menerus.

Caffeine yang dikandung kopi dipercaya dapat mengurangi rasa sakit persendian atau sakit kepala. Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa efek penyembuhan yang dikandung kopi hanya efektif dirasakan oleh non-pecandu kopi, mungkin ini karena para pecandu kopi sudah menjadi kebal terhadap caffeine akibat sering mengkonsumsi kopi.

Efek yang dimiliki caffeine ini membuatnya menjadi salah satu bahan pembuat obat-obatan penghilang rasa sakit. Umumnya caffeine yang digunakan dalam industri obat-obatan diperoleh atau dibeli dari produsen kopi yang mengekstraksi caffeine sebagai produk buangan untuk menghasilkan kopi jenis decaf. 

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kopi dapat mengurangi resiko terkena penyakit Alzheimer, Parkinson, radang hati dan sirosis hati.

Lalu kenapa minum kopi seolah-olah memberikan energi bagi peminumnya?  Ternyata hal ini berkaitan dengan adenosin dan reseptor adenosin di dalam otak manusia. Adenosin adalah zat yang menyebabkan kita merasa mengantuk, ketika kita meminum kopi maka caffeine di dalam kopi menutup reseptor-reseptor adenosin yang berdampak pada hilangnya rasa kantuk. Proses ini kemudian juga turut memicu produksi adrenalin dan dopamine di dalam tubuh yang membuat kita merasa lebih berenergi.


"Ketika Kami Berpesta" by Aulia Fachryan
Tumpukan gelas belimbing bekas kopi, gelas jenis ini adalah gelas khas yang digunakan kedai-kedai kopi di Banda Aceh sejak dulu


Namun para pecandu kopi juga harus berhati-hati karena mengkonsumsi kopi secara intense dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan tubuh kekurangan magnesium dan dapat menyebabkan penyakit hypomagnesemia pula. Dampak dari kekurangan magnesium pada tubuh baru akan terasa dalam waktu panjang setelah terjadi akumulasi defisiensi yang cukup parah. Beberapa dampak defisiensi magnesium yang aku temukan melalui browsing di internet adalah tidak teraturnya detak jantung bahkan pada beberapa kasus dapat menyebabkan serangan jantung mendadak.

Fakta Unik Lainnya
Jepang memiliki hari khusus kopi atau "The Coffee Day" yang jatuh pada setiap tanggal  1 Oktober. Sedangkan "National Coffee Day" nya Amerika Serikat dirayakan setiap tanggal 29 September.

Hmm, kalau di Banda Aceh, aku yakin The Coffee Day dirayakan setiap hari sepanjang tahun :)

Sheffield . 30 January 2011

Rujukan:

Friday, 28 January 2011

Kunjungan Ulang ke [Cerita] Sabang

Gara-gara diskusi di milis acehklimaendringer tentang penelitian tim CCP Saree yang dimuat di Serambi, Isma jadi 'panas' pengen berkisah ulang tentang rekaman cerita di Sabang. Akhirnya aku pun kangen, pengen baca-baca lagi "Cerita Yahwa" dan "Pembangunan untuk Siapa?"

Keduanya bisa dikunjungi ulang di:
http://mystateofequilibrium.blogspot.com/2009/11/cerita-yahwa.html

dan di:
http://mystateofequilibrium.blogspot.com/2009/11/pembangunan-acakadut.html

Selamat berkunjung (dan jangan lupa, di-klik ya iklan-nya.. hahahaha)

Mengembangkan Pariwisata di Banda Aceh

Banda Aceh adalah kota berpenduduk 219.659 jiwa dengan luas wilayah administratif sekitar 61,36 kilometer per segi (Sumber: Situs resmi Pemerintah Kota Banda Aceh). Setelah porak poranda dihantam gempa bumi berkekuatan lebih dari 9 skala Richter yang diikuti oleh tsunami yang mencuci bersih wilayah pantai yang merupakan hampir separuh dari kawasan permukimannya, kini Banda Aceh tengah bergiat membangun kekuatan baru.

Pemerintah kota kini berkonsentrasi memulihkan sektor perekonomian dengan mencanangkan tahun kunjungan wisata Banda Aceh 2011 bertarget 400 ribu pengunjung sepanjang tahun 2011. Dengan mengusung konten politik 'Islami' maka slogan kota pun kemudian diubah menjadi 'Bandar Wisata Islami'.

Memang terlihat Pemerintah Kota mempersiapkan fasilitas fisik sejak beberapa waktu lalu guna menyambut kedatangan wisatawan di tahun 2011 ini, misalnya pembangunan jalan baru, perbaikan taman kota, perbaikan pasar, dibangunnya hotel berbintang 5, dan sebagainya. Namun bisa jadi fasilitas tersebut justru merupakan perluasan dampak rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh pasca bencana alam 2004.

Lalu apakah cukup dengan jalan baru, pasar baru, dan hotel baru saja?
Atau apakah memang jalan baru, pasar baru dan hotel baru yang dicari pendatang ke kota ini?
Mungkin perlu ditelusuri juga pasar wisatawan seperti apa yang menjadi target dari Pemerintah Kota Banda Aceh untuk memenuhi kuota program kunjungan wisata 2011 ini.

Mungkin saja target pasar wisatawan yang disasar Pemerintah Kota Banda Aceh adalah kelompok pebisnis dan investor yang di level provinsi pun sedang gencar-gencarnya diundang untuk datang, berbisnis dan berinvestasi ke Aceh. Pendatang jenis ini biasanya sangat eksklusif dan tidak akan tinggal dalam durasi yang panjang pada setiap kunjungannya. Yang mereka butuhkan adalah hotel minimal berbintang 5 yang dapat memberikan kenyamanan bagi aktifitas kunjungan singkatnya yang padat agenda dan biasanya dilakukan dengan cara bersafari dari satu tempat ke tempat lain dalam rentang waktu yang pendek. Mereka juga akan membutuhkan suguhan dari restoran kelas wahid karena waktu makan biasanya sekaligus digunakan untuk kesempatan lobi dan deal bisnis, selain untuk memuaskan selera lidah kelas wahid-nya pula. Untuk yang tinggal agak lama, mungkin akan membutuhkan fasilitas olah raga sekelas golf. Sulit untuk melihat kemungkinan bahwa wisatawan jenis ini akan memberikan dampak yang signifikan bagi sektor ekonomi kebanyakan yang berada di kelas menengah ke bawah, yang justru populasinya paling besar di Banda Aceh. Selain itu, pendatang dari kelas ini kemungkinan tidak akan sempat menghabiskan waktu berkeliling kota untuk melihat situs-situs sejarah dan berinteraksi dengan warga lokal.

Seandainya wisatawan yang datang justru lebih banyak dari kelompok backpacker, baik asing maupun domestik, tentunya mereka akan mengincar penginapan murah bahkan homestay, tempat makan murah dan warung-warung kopi murah-meriah berfasilitas internet wi fi gratis yang banyak terdapat di sepanjang jalan protokol di Banda Aceh. Wisatawan tipe ini juga cenderung akan memanfaatkan alat transportasi umum atau menyewa sepeda maupun sepeda motor untuk memuaskan niat eksplorasinya ke seluruh pelosok kota. Positifnya, wisatawan dari kelas ini cenderung bersikap lebih terbuka dan fleksibel terhadap keragaman budaya lokal dan senang berinteraksi dengan warga setempat. Namun untuk melayani pendatang tipe ini, sudahkah Banda Aceh mempersiapkan angkutan umum yang memadai, jalan raya yang ramah pengendara sepeda, fasilitas publik yang dilengkapi toilet umum yang layak pakai, pusat informasi wisata yang gampang diakses? Karena turis tipe backpacker akan membutuhkan semua hal tersebut.

Apa yang sebenarnya dicari pendatang dalam kunjungan wisatanya ke Banda Aceh?
Saya mencoba mengintip beberapa situs web travelling di internet dengan menggunakan query 'Banda Aceh', hasil yang muncul sebagian besar adalah diskusi tentang transportasi dari bandara menuju pusat kota, cara mencapai Pulau Weh untuk scuba diving, lokasi yang menarik untuk pecinta olah raga selancar (surfing), pengalaman bersepeda melalui persawahan dan pegunungan, sungai-sungai yang menarik untuk dikunjungi, sistem permohonan visa on arrival, tempat makan favorit dan beberapa review tentang kondisi hotel atau penginapan di Banda Aceh. Khusus untuk penginapan, saya agak surprised bahwa Hotel Medan dan Hotel Lading termasuk yang banyak direkomendasikan selain dari The Pade dan Oasis.

Situs web yang saya telusuri di antaranya www.virtualtourist.com, www.lonelyplanet.com (thorntree forum), www.cheapbackpacker.com, www.traveladvisor.co.uk, wikitravel.org dan ada juga beberapa blog yang menulis ulang tentang wisata Banda Aceh yang ditulis oleh Garuda Indonesia Magazine yang juga memberikan highlight pada aktifitas scuba diving yang notabene banyak dilakukan di wilayah Pulau Weh atau Sabang.

Trend yang muncul dari diskusi para pengunjung Banda Aceh tersebut adalah, ketika membicarakan penginapan dan wisata kuliner mereka akan membahas pelayanan yang berada di Kota Banda Aceh, sedangkan bila membicarakan atraksi wisata maka mereka akan fokus pada suguhan wisata yang dimiliki oleh Aceh Besar dan Sabang yang memang sangat terkenal dengan kawasan wisata bahari-nya, bahkan ada beberapa orang yang sempat menyebutkan Takengon sebagai salah satu destinasi wisata lokal. Hal ini menunjukkan kecenderungan bahwa pengunjung, yang bisa ditebak sebagian besar adalah tipe wisatawan kelas backpacker atau budget-tourist itu, datang untuk mencari wisata alami, bukan lokasi buatan atau artifisial. Tidak banyak yang menyebutkan tsunami memorial spots sebagai tujuan wisata wajib di dalam situs-situs web tersebut, walaupun masih ada beberapa yang menyebutkan Mesjid Raya Baiturrahman sebagai tengaran (landmark) Kota Banda Aceh. Satu hal yang membanggakan bagi saya adalah para pengisi forum diskusi itu menyebutkan bahwa daerah ini aman untuk dikunjungi, salah satu pengunjung menyebutkan secara umum berwisata di Indonesia relatif lebih aman bila dibandingkan dengan berkunjung ke Thailand dan Vietnam. Wikitravel bahkan menyebutkan bahwa Banda Aceh sekarang cukup aman dibandingkan dengan kebanyakan kota-kota di Eropa.

Melihat kecenderungan di atas, ada empat hal yang menurut saya dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh untuk meningkatkan kualitas wisata daerah:

  • Pertama, menyasar pasar yang tepat bagi industri pariwisata kota lalu mensuplai fasilitas wisata sesuai pasarnya; 
  • Kedua, memperkuat kerjasama sektor pariwisata dengan Kabupaten Aceh Besar dan Kota Sabang serta mempersiapkan diri menjadi kota transit yang memadai bagi atraksi wisata yang berada di kedua wilayah tetangga tersebut; 
  • Ketiga, menggali dan menciptakan wisata dalam kota yang mampu membuat turis tetap tinggal beberapa saat di wilayah kota sebelum memutuskan untuk beranjak ke Sabang atau Takengon. Misalnya, akan menjadi bonus atraksi wisata yang menarik bila Pemerintah Kota mampu mengagendakan festival budaya khas daerah secara berkala;
  • Yang terakhir adalah melakukan publikasi dan merangkul pasar wisatawan dengan gencar, terutama yang paling praktis dan dampaknya luas adalah melalui internet. Wikitravel adalah contoh praktis untuk membeberkan apa yang bisa diperoleh orang dengan berkunjung ke Banda Aceh. Akan lebih baik bila media promo tersebut dilengkapi halaman interaktif di mana setiap calon pengunjung dapat menanyakan dan mencari informasi rinci sesuai kebutuhannya secara interaktif. Metode terakhir ini juga, menurut saya, dapat dijadikan sebagai teknik-kebalikan dari cara pertama yang saya sebutkan sebelumnya, yaitu berikan informasi sebanyak-banyaknya dan sejelas-jelasnya kepada semua tipe pasar turis potensial lalu biarkan mereka (pasar) yang memilih wisata jenis atau kelas apa yang mereka butuhkan sesuai dengan fasilitas yang kita miliki. Tentunya akan sangat baik bila marketing jenis ini diisi dengan informasi yang jujur dan benar!

Banda Aceh punya Krueng Aceh yang masih membutuhkan perhatian dan pengelolaan yang benar untuk merubah potensi besarnya sebagai atraksi wisata kota menjadi kenyataan, sebagian warga secara spontan sudah memanfaatkan Krueng Aceh sebagai tempat rekreasi memancing atau sarana latihan olah raga air seperti canoe, menurut saya hal tersebut sangat positif dan perlu didukung oleh Pemerintah Kota. Selain itu wilayah pantai Ulee Lheue yang berada di dalam kawasan administratif Kota Banda Aceh dan berpotensi sebagai fishing spot, juga masih bisa dikembangkan dan didukung dengan fasilitas publik yang memadai tetapi tidak dibangun dengan polesan artifisial secara berlebihan. Beberapa aktifitas harian masyarakat kota yang terkesan sangat 'membumi' bagi warga lokal juga bisa menjadi atraksi wisata bagi pendatang, misalnya aktifitas bongkar-muat hasil tangkapan nelayan di sekitar area pelelangan ikan Lampulo, pasar ikan Peunayong dan di sekitar jembatan Ulee Lheue. Sarana transportasi rakyat kebanyakan seperti labi-labi dan becak pun bisa menjadi atraksi yang tidak kalah menarik.

Pengolahan kawasan dan objek wisata di Banda Aceh menghadapi tantangan lain yang sudah terlanjur dijargonkan oleh pemerintah kota yaitu konten Islami. Di mana dan bagaimana konten Islami ini akan dikawinkan dengan konsep wisata di Banda Aceh masih belum terlihat jelas. Contoh sederhana saja misalnya Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, mesjid megah ini selain posisi-nya sangat sentral di ruang kota, fungsi dan sejarahnya juga sangat sentral bagi masyarakat Kota Banda Aceh sehingga tidak jarang orang yang datang ke Banda Aceh biasanya akan menyempatkan diri untuk mampir ke Mesjid Raya Baiturrahman. Tapi sudahkah kebersihan lingkungan mesjid diperhatikan? bagaimana pula dengan kondisi toiletnya?

Contoh lain adalah pasar tradisional, suatu ketika pernah saya berpapasan di Pasar Aceh dengan serombongan turis Belanda yang mungkin berkunjung ingin melihat suasana lokal yang berbeda dari tempat di mana mereka berasal, ini menunjukkan bahwa hal-hal 'biasa' seperti pasar pun bisa menjadi daya tarik wisata kota. Tapi selain masalah kebersihan urusan pemeliharaan dan pengelolaan trotoar di dalam pasar pun masih menjadi pertanyaan, belum lagi bila menyinggung urusan buang hajat, di mana mau mencari toilet umum yang bersih di Pasar Aceh? Padahal bukankah di dalam Islam kebersihan itu adalah sebagian dari iman??

Tentunya menghidupkan dan mengembangkan sektor pariwisata di Banda Aceh bukan sebatas perayaan hura-hura dan hingar-bingar pentas seni satu malam saja. Hal ini menuntut kerja keras pemerintah dan kemauan untuk bekerja sama bahu-membahu dengan warga kota dalam jangka waktu yang panjang. Tapi saya tetap optimis Banda Aceh mampu menjadi destinasi wisata yang berbeda dari kota-kota lain di Indonesia bila didukung dengan kejelian pemerintah kota dalam memilih dan mengembangkan potensi yang ada kemudian dikelola dengan cara yang mampu memberikan nilai berkelanjutan dan dibarengi dengan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang segala hal yang terkait dengan sektor wisata.

Semoga!

Sheffield . 28 Januari 2011

--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Diskusi: Mengembangkan Pariwisata di Banda Aceh

Oooppss!!

Ternyata setelah browsing sana-sini, saya menemukan bahwa Pemerintah Kota Banda Aceh sudah cukup siap mempromosikan Tahun Kunjungan Wisata Banda Aceh 2011 ini. Sebuah situs web [yang bertujuan] memberikan informasi lengkap telah dibangun dengan alamat http://bandaacehtourism.com/index.php
selain itu sebuah account di situs jejaring sosial facebook pun sudah dibuka dan bisa diakses di http://www.facebook.com/pages/Visit-Banda-Aceh-2011/101557879911394

Berbagai festival pun telah diagendakan untuk dilaksanakan sepanjang tahun. Wow, sepertinya saya banyak ketinggalan informasi dari tanah air nih.. hehehe..
Lalu apa yang kurang?
Hmm, sebenarnya [melalui observasi jarak jauh] saya tidak melihat ada yang kurang kecuali bahwa situs web resmi yang sudah di-promosikan tersebut masih belum terisi lengkap serta versi Bahasa Inggris nya belum sepenuhnya bekerja sempurna. Tapi secara garis besar kontennya lumayan lengkap.

Menurut saya, menyediakan peta kota yang dilengkapi dengan highlight atraksi wisata di tempat-tempat strategis seperti bandara, terminal, museum, agen perjalanan dan sebagainya juga perlu dilakukan dan akan lebih baik bila setiap lokasi kunjungan wisata juga dilengkapi dengan peta dalam bentuk papan besar. Saya pikir calon turis juga akan merasa terbantu bila peta serupa bisa mereka download dari situs web resmi Visit Banda Aceh Year 2011. Peta tematik juga dapat dirumuskan oleh Pemerintah Kota dengan bekerja sama dengan kelompok-kelompok komunitas yang banyak tersebar di masyarakat, misalnya Peta Rute Wisata Sepeda, Peta Wisata Sungai, Peta Wisata Gua (Caving), dan sebagainya.

Di wall account Visit Banda Aceh Year 2011 (VBAY 2011) di facebook, masih banyak kita temui keluhan dan kritik seputar masalah pembangunan [atau pengembangan?] Kota Banda Aceh yang menurut warga kota belum sejalan dengan konsep tahun kunjungan wisata ini, di antaranya kondisi bekas konstruksi drainase di seluruh kota yang belum dibereskan, kurangnya promosi event di tingkat lokal, serta rendahnya apresiasi pemerintah dan panitia penyelenggaraan event-event terkait VBAY 2011 terhadap masyarakat umum yang ingin ikut terlibat di dalam berbagai event yang diselenggarakan pemerintah kota. Walau demikian, upaya pemerintah kota untuk 'membuka diri' melalui account-nya di facebook boleh mendapat acungan [satu] jempol! Ehm, saya akan tambah satu jempol lagi bila segala input dari warga [pemerhati] kota kemudian diakomodir dan ditindaklanjuti.

Satu hal yang agak mengganjal buat saya, di bagian info di account facebook-nya VBAY 2011 tertulis harapan yang berbunyi sebagai berikut:
"Hopefully, tourism will become a key foreign exchange earner for the Banda Aceh city administration"


Waduh, saya cuma punya dua kata saja untuk [merespons] kalimat di atas:
"Nggak banget!"
:))

Viva Banda Aceh!

Sheffield . 30 January 2011

----------------------------------------------------------------------


Friday, 21 January 2011

Fakta Penting Gempa Bumi

Berikut adalah beberapa fakta penting Gempa Bumi yang saya sederhanakan dari sumber aslinya buku Environmental Hazards: Assessing Risks and Reducing Disaster yang ditulis oleh Keith Smith dan David N. Petley edisi revisi 2009 terbitan Routledge.

1. Gempa bumi adalah gerakan lapisan bumi yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga.

2. Walaupun terjadi secara tidak terduga namun distribusi gempa bumi tidaklah acak karena berkaitan dengan gerakan lempeng-lempeng di bawah permukaan bumi. Sekitar dua pertiga dari gempa bumi di dunia terjadi di wilayah cincin api Pasifik yang terkenal dengan sebutan The Pacific Ring of Fire.


Peta Cincin Api Pasifik



Formasi Lempeng Bumi


3. Komposisi material geologis lokal dan topografi (kontur) dari suatu wilayah di mana gempa bumi terjadi, dapat memodifikasi kekuatan dan dampak gempa. Misalnya lapisan bebatuan, karang, pasir, dan lainnya, mampu memunculkan dampak gempa yang berbeda-beda. Bila bebatuan dapat mereduksi kekuatan gempa, maka lapisan pasir yang bercampur air akan menghasilkan bahaya sekunder dari gempa.

4. Gempa dapat menghasilkan bahaya sekunder yang terkadang bahkan lebih dahsyat dampaknya daripada insiden gempa itu sendiri!

Bahaya sekunder yang dihasilkan oleh gempa bumi adalah:
  • Likuifaksi (Soil Liquefaction). Likuifaksi adalah sebuah fenomena di mana tanah (atau material lain terutama yang mengandung air) kehilangan daya dukungnya dan berubah sifat menjadi cair akibat gerakan kuat gempa dalam rentang waktu tertentu. Hal ini sangat berbahaya bila pada lokasi terjadinya likuifaksi berdiri bangunan yang dihuni manusia atau struktur fisik lainnya yang berhubungan langsung dengan manusia. Resiko likuifaksi dapat terjadi bila tanah tidak mengalami proses pemadatan sempurna atau tanah di mana bangunan atau struktur fisik didirikan memiliki kandungan pasir basah atau lumpur hingga kedalaman 10 meter yang tidak didukung dengan perlakuan konstruksi dan sistem pondasi yang memadai.


Dampak likuifaksi pada bangunan





Dampak likuifaksi pada bangunan

  • Longsor. Gerakan gempa juga mampu menghilangkan daya ikat atau rekat tanah dan bebatuan terutama yang berada pada kemiringan curam, misalnya lereng gunung dengan kemiringan 45 derajat. Pada kawasan pegunungan bersalju, gempa akan mengakibatkan longsoran salju yang dikenal dengan istilah snow avalanche.


Tanah Longsor akibat Gempa Bumi di Kobe, Jepang



Tanah Longsor akibat Gempa Bumi di Provinsi Sichuan, China



Longsor Salju akibat Gempa Bumi di Alaska tahun 1964

  • Tsunami. Istilah "tsunami" berasal dari dua kata dalam Bahasa Jepang, 'tsu' yang berarti 'pelabuhan' dan 'nami' yang berarti 'gelombang' atau 'laut'. Tsunami adalah gelombang air laut akibat aktifitas seismik. Gelombang tsunami berukuran tinggi melebihi kondisi normal dan bergerak dengan kecepatan tinggi pula sehingga memiliki daya musnah yang patut diwaspadai oleh mereka yang bermukim di wilayah pesisir. Tsunami di Samudra Hindia yang dipicu oleh gempa bumi Sumatra 2004 tercatat sebagai bencana alam paling dahsyat setidaknya dalam satu dekade terakhir.


Diagram Proses Tsunami akibat Patahan Lempeng Bumi

5. Gempa bumi menjadi berbahaya dan dianggap bencana bila terjadi pada lokasi yang dihuni manusia atau pada tempat-tempat di mana terdapat struktur penting penunjang hidup manusia. Walaupun gempa bumi merupakan bencana alam yang sulit diprediksi waktu dan lokasi terjadinya, namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak gempa bumi pada manusia, di antaranya:
  • Penguatan Bangunan dan Struktur Lingkungan
Perkembangan ilmu dan teknologi konstruksi saat ini telah memperkenalkan desain struktur serta material bangunan tahan gempa secara luas. Namun konstruksi tahan gempa ini membutuhkan penguatan secara legal untuk dapat diterapkan pada bangunan-bangunan di wilayah rawan gempa. Salah satu panduan konstruksi yang harusnya wajib diberlakukan oleh pemerintah lokal di daerah rawan gempa adalah Building Code yang memberikan acuan standar minimal konstruksi untuk mereduksi resiko kerusakan bangunan saat gempa terjadi.
Penguatan pada struktur lingkungan alam dibutuhkan misalnya di daerah lereng yang curam untuk mengurangi resiko longsor. Penguatan lereng dapat dilakukan melalui konstruksi dinding pendukung atau dapat juga dilakukan melalui modifikasi kontur lereng misalnya dengan tehnik 'cut and fill' sehingga lereng yang awalnya curam menjadi berbentuk undakan yang lebih landai.
  • Perencanaan Tata Guna Lahan
Pemetaan daerah patahan dan resiko untuk skala wilayah yang kecil, misalnya kota, membutuhkan dana yang besar namun layak untuk diupayakan. Peta patahan ini kemudian dapat menjadi acuan tata guna lahan untuk pengembangan wilayah tersebut. Perencanaan tata guna lahan berdasarkan peta resiko gempa akan meminimalkan resiko kerugian dan kehilangan sumber daya yang lebih besar di kemudian hari bila gempa terjadi. Distribusi fungsi ruang kota dapat dilakukan lebih rinci dengan menggunakan peta resiko gempa sebagai alat bantu, misalnya wilayah permukiman dan bisnis atau industri diletakkan pada wilayah yang relatif aman sementara lokasi-lokasi rawan gempa dapat digunakan untuk ruang-ruang terbuka yang dapat mendukung fungsi rekreasi, olah raga atau mungkin juga sebagai lokasi pengolahan sampah kota (dumping site).
  • Sistem Peringatan Dini
Sistem peringatan dini lebih difokuskan pada pengurangan resiko bahaya sekunder gempa, misalnya tsunami. Sejak tahun 1948 wilayah Samudra Pasifik telah dilengkapi dengan sistem informasi dan peringatan dini tsunami yang dikendalikan oleh The US National Oceanic and Atmospheric Administration dari Honolulu, Hawaii. Jepang kemudian mengembangkan sistem peringatan dini tsunami sendiri yang diterapkan sejak tahun 1952 dan diperbaharui pada tahun 1999 setelah gempa besar di Jepang tahun 1993.

Sistem peringatan dini tsunami di wilayah Indonesia baru dicanagkan sejak tahun 2005 dengan dukungan dari konferensi PBB pada Januri 2005 di Kobe, Jepang. Aktivasi peringatan dini tsunami baru dilaksanakan sekitar satu tahun kemudian yaitu tahun 2006 dengan dimotori oleh badan dunia UNESCO.

Namun hingga saat ini sistem peringatan dini ini masih dipertanyakan keakuratannya, mengingat pada tahun 2007 sejumlah sirine dari sistem peringatan dini tsunami di Aceh mengalami kesalahan operasional sehingga berbunyi tanpa terjadinya gempa. Pelajaran dari kejadian tersebut adalah bahwa pembangunan kesiapsiagaan bencana di level masyarakat jauh lebih penting untuk diutamakan dibandingkan instalasi teknologi mutakhir, terutama di wilayah rawan gempa di negara-negara berkembang.
  • Membangun Sistem dan Budaya Kesiapsiagaan Bencana
Membangun budaya hidup aman dan siap siaga terhadap bencana membutuhkan waktu yang panjang terutama bagi masyarakat yang belum pernah mengalami bencana. Namun pada masyarakat yang pernah mengalami bencana dan kehilangan sumber daya, kesiapsiagaan bencana akan lebih mudah disuarakan dan dikembangkan bersama-sama masyarakat terutama bila dilakukan beberapa saat setelah event bencana terjadi di mana masyarakat masih memiliki memori kolektif terhadap apa yang pernah terjadi.

Budaya hidup aman dan siap siaga terhadap bencana idealnya dimulai dari satuan masyarakat terkecil yaitu keluarga. Membiasakan setiap anggota keluarga terlibat dalam diskusi tentang kebencanaan dan kesiapsiagaan bencana akan mereduksi resiko pada saat bencana terjadi. Diskusi tentang kesiapsiagaan bencana di tingkat rumah-tangga dapat membahas tentang:

  • Rute evakuasi yang dapat dijangkau anak & anggota keluarga lainnya ketika berada di rumah, sekolah dan tempat kerja. Sekaligus menyepakati tempat berkumpul yang dapat dijangkau bersama bila kondisi darurat terjadi;
  • Bahan, perlengkapan dan peralatan yang mungkin akan dibutuhkan oleh anggota keluarga dalam situasi darurat;
  • Mempersiapkan nomor-nomor telepon yang dapat dihubungi dalam kondisi darurat dan meletakkan nomor telepon tersebut selalu pada posisi yang mudah diakses oleh seluruh anggota keluarga;
  • Membiasakan hidup aman di dalam rumah, misalnya selalu mengecek kondisi kompor & gas, lampu, sambungan listrik, kondisi pintu dan jendela;
  • Mempersiapkan jalur keluar-masuk dalam jumlah yang memadai di rumah, sehingga pada kondisi darurat setiap orang memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri tanpa harus berdesak-desakan pada satu jalur saja;
  • Belajar dari pengalaman masyarakat Jepang. Pasca gempa bumi Kobe 1995 masyarakat Jepang menjadi lebih waspada mempersiapkan kebutuhan darurat di rumah meliputi hal-hal sederhana seperti menyediakan pluit (whistle) di tempat yang mudah dijangkau yang tujuannya adalah bila sewaktu-waktu ada yang terjebak di dalam reruntuhan rumah maka pluit tersebut akan menjadi penanda untuk panggilan evakuasi. Selain pluit, masyarakat Jepang kini juga sudah membiasakan untuk menyediakan alas kaki bersol tebal di tempat yang mudah dijangkau untuk menghindari kecelakaan kaki terkena pecahan benda tajam ketika akan menyelamatkan diri.
Di bawah ini adalah daftar evaluasi kesiapsiagaan bencana yang dapat menjadi acuan kesiapsiagaan di level perkotaan:

1. Pemeriksaan dan kontrol terhadap kondisi eksisting bangunan dan lingkungan terbangun lainnya
  • Pendataan terhadap bangunan yang beresiko bahaya bila sewaktu-waktu terjadi gempa bumi
  • Memperkuat struktur fisik fasilitas-fasilitas pelayanan yang kondisinya kritis terhadap gempa bumi, misalnya melalui penambahan struktur dan mekanisme penguat bangunan atau lingkungan terbangun (retrofitting, bearing wall, etc.)
  • Mengurangi bahaya non struktural akibat gempa bumi misalnya melalui pengaturan perletakan (layout) bangunan, jarak antar bangunan, pengaturan ruang dalam dan elemen dekorasi, menyiapkan jalur keluar darurat, dan sebagainya
  • Mengatur dan mengontrol secara seksama distribusi dan penyimpanan material berbahaya
2. Perencanaan tanggap darurat bencana. Perencanaan tanggap darurat bencana difokuskan pada kondisi saat bencana terjadi.
  • Mengurai, mendeskripsikan dan menyebarluaskan bahaya dan resiko gempa
  • Merencanakan aksi tanggap darurat terhadap event gempa bumi dan resiko bahaya sekundernya
  • Mengupayakan sistem komunikasi yang dapat bertahan dalam kondisi darurat bencana gempa bumi
  • Meningkatkan kapasitas sistem pencarian & penyelamatan (search & rescue)
  • Merencanakan respons multijurisdiksi
  • Membentuk dan melatih organisasi atau badan tanggap darurat bencana
3. Menyusun rencana pengembangan wilayah yang tanggap resiko bencana
  • Mengumpulkan data kondisi tanah dan kondisi atau informasi geologis
  • Meng-update dan memperbaiki berbagai elemen keselamatan
  • Menerapkan 'Special Studies Zone Act' [http://en.wikipedia.org/wiki/Alquist_Priolo_Special_Studies_Zone_Act]
  • Membatasi pembangunan fisik di kawasan yang beresiko tinggi
  • Memperkuat review terhadap desain bangunan dan inspeksi bangunan (law enforcement)
  • Memperkuat pelayanan perbaikan fasilitas yang beresiko bahaya (retrofitting services, etc.)
4. Rencana pemulihan
  • Menerapkan prosedur untuk mengumpulkan data kerusakan
  • Merencanakan upaya inspeksi bangunan secara berkala untuk menemukan bangunan yang beresiko
  • Membuat rencana khusus bagi upaya pembersihan lahan dari sisa bangunan atau limbah akibat bencana
  • Membentuk program untuk pemulihan jangka pendek
  • Mempersiapkan rencana untuk pemulihan jangka panjang
5. Informasi publik, pendidikan dan riset
  • Bekerjasama dengan media lokal
  • Menghimbau persiapan kebencanaan di tingkat sekolah
  • Menghimbau persiapan kebencanaan di tingkat bisnis
  • Mempersiapkan kesiapsiagaan di level keluarga dan permukiman
  • Membuat rencana khusus kesiapsiagaan bagi para lanjut usia dan orang cacat
  • Memperkuat basis relawan (volunteer)
  • Mempersiapkan seluruh warga agar senantiasa memperbaharui informasi dan pengetahuan mengenai kebencanaan
Tulisan terkait topik ini dapat dibaca di: http://mystateofequilibrium.blogspot.com/2011/02/perumahan-pasca-bencana.html

Sheffield . January 2011

    Tuesday, 18 January 2011

    Perubahan Iklim: Masih Belum Percaya?

    Merasa heran bahwa masih banyak juga orang yang belum percaya (bahkan tidak peduli) kalau perubahan iklim global memang sudah terjadi. Gawatnya lagi yang tidak percaya (atau pura-pura tidak percaya?) adalah kalangan pengambil keputusan, pembuat kebijakan dan pemimpin wilayah.

    Bermula dari obrolan ringan dengan seorang teman lawan main scrabble-online, kebetulan kita berdua punya visi yang sama tentang perubahan iklim. Teman-ku, yang memiliki bisnis di bidang software developer di Derbyshire itu, dengan kesalnya bilang, "Pemerintah (UK) tidak akan percaya dengan perubahan iklim sampai satu saat London tenggelam kebanjiran!"
    Obrolan ringan tersebut kemudian diikuti dengan mencuatnya berita dari tanah air tentang lonjakan harga cabe, dan lain-lain. Akhirnya aku pun merasa ingin merekam momen beberapa saat terakhir ini ke dalam tulisan (yang bobotnya juga ringan-ringan saja.. hehehe)


    Fenomena Musim Dingin
    Salah satu fenomena yang aku alami sendiri adalah musim dingin (winter) yang tidak beraturan di Sheffield, UK. Tahun 2008 aku mengalami musim dingin yang durasi-nya relatif 'normal' hanya saja salju tahun itu dicatat sebagai salju terparah (lebat & tebal) dalam 18 tahun terakhir catatan musim dingin di UK. Dampaknya adalah transportasi terhambat, beberapa rute bis di-stop, sekolah ditutup, dan warga kota protes karena menganggap pemerintah tidak cepat tanggap menghadapi salju yang parah serta tidak tersedianya garam (grit) pelarut es di jalanan dalam jumlah yang cukup untuk mengatasi tumpukan salju dan jalan yang licin. "Where do they bring our taxes? We need more grit now, that's why we pay taxes!" begitu teriak protes warga di sejumlah media.

    Tahun 2009, ketika itu aku berada di Indonesia, teman-teman bercerita bahwa mereka mengalami winter yang lebih panjang, sejak Desember 2008 hingga Februari 2009 mereka masih berurusan dengan salju yang juga berdampak sama pada transportasi dan sekolah-sekolah.

    Tahun ini, 2010, durasi turunnya salju hanya sekitar satu minggu saja di akhir Desember 2010. Lalu udara kering tanpa salju, tetapi tiba-tiba mendadak suhu naik mencapai 11-12 derajat Celcius. Kemudian kami membaca berita prediksi bahwa salju akan turun lagi sebagai dampak angin dingin dari Skandinavia di bagian utara, lalu suhu pun turun lagi mencapai minus 10 derajat Celcius dan salju turun untuk beberapa saat lalu menguap kembali dalam satu atau dua hari. Benar-benar tidak dapat diduga! Parahnya lagi suhu bisa berubah-ubah drastis dalam sehari, misalnya pagi hari terasa agak 'hangat' dan kita nekat meninggalkan rumah dengan jaket tipis bisa saja sore harinya ketika kembali ke rumah suhu di jalanan membuat kita menggigil dengan jaket tipis itu. Jadi yang biasanya kami lakukan sebelum keluar rumah adalah mengecek trend perubahan suhu 24 jam serta (mau gak mau harus rely on) prediksi cuaca via website BBC, juga berusaha untuk selalu keluar rumah berbekal jaket tebal, supaya aman :)

    Fenomena Ubur-Ubur
    Beberapa hari terakhir saya memperhatikan status facebook teman-teman di Banda Aceh yang hobi berselancar ombak di laut. Banyak teman mengeluhkan sengatan ubur-ubur karena tiba-tiba saja di wilayah yang biasanya mereka gunakan sebagai lokasi berselancar diramaikan dengan kehadiran ubur-ubur. Fenomena serupa beberapa kali terjadi di Banda Aceh yang notabene memang merupakan kota pantai, yang saya ingat sebelumnya pernah warga kota ramai-ramai berkumpul di jembatan besar di tengah kota dan di dekat kampus untuk melihat kawanan ubur-ubur yang 'nyasar' ke sungai besar yang melintasi kota kami, mungkin mereka tersasar masuk ke aliran sungai melalui muara yang letaknya memang tidak jauh dari jembatan tersebut.

    Beberapa artikel yang sempat saya baca menyebutkan bahwa dalam kondisi tertentu populasi ubur-ubur dapat meningkat drastis bahkan menjadi hama bagi ekosistem laut teritori tempatnya berdiam karena ubur-ubur terkenal sebagai pemangsa plankton yang rakus sehingga ubur-ubur yang hadir berkelompok dalam jumlah besar akan merugikan pemakan plankton lainnya. Beberapa hal yang diduga menjadi penyebab pertumbuhan populasi ubur-ubur yang sangat pesat adalah kenaikan suhu air laut dan tingkat pencemaran air laut yang tinggi. Kenaikan suhu air laut tentu saja erat kaitannya dengan pemanasan global dan perubahan iklim global.

    Fenomena Cabe
    Indonesia beberapa waktu belakangan ini mengalami kesulitan akibat kurangnya pasokan cabe yang berdampak pada meroketnya harga komoditi tersebut di pasaran. Padahal cabe adalah salah satu bahan makanan konsumsi harian masyarakat Indonesia. Fenomena ini terjadi akibat gagal panen karena kerusakan tanaman cabe yang disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu. Belum lagi hama jenis tertentu, seperti halnya ubur-ubur di lautan, dapat berlipat ganda populasinya akibat perubahan cuaca sehingga merugikan pertanian cabe. Hingga saat ini lembaga penelitian tanaman pangan di IPB Bogor tengah mengembangkan varian baru tanaman cabe yang relatif lebih tahan terhadap cuaca yang tidak ideal, namun sayangnya untuk sementara waktu belum ada varian cabe tahan cuaca yang dapat diproduksi massal untuk memenuhi tuntutan pasar

    Kita dan Perubahan Iklim
    Perubahan iklim berdampak luas bagi manusia. Perubahan iklim mengakibatkan perubahan ekosistem, pergeseran cuaca dan musim. Beberapa hal yang kemudian menjadi dampak dari perubahan ekosistem, pergeseran cuaca dan musim adalah: krisis pangan akibat gagal panen dan serangan hama yang tidak terkontrol, epidemi penyakit akibat meningkatnya perkembangbiakan vektor penyebar penyakit, gangguan terhadap ekosistem laut dan pantai serta kerusakan infrastruktur tepi laut akibat kenaikan muka air laut, bencana alam seperti banjir dan kekeringan berkepanjangan akibat ketidakseimbangan musim basah dan kering, kehilangan keanekaragaman hayati, dan lain sebagainya.

    Banyak dari hal yang disebutkan di atas telah terjadi, banyak yang di antaranya telah kita alami namun tidak kita sadari kejadiannya sebagai manifestasi dari peningkatan panas bumi dan perubahan iklim global. Peningkatan suhu udara sendiri kemudian menjadi seperti lingkaran api besar yang tidak dapat kita padamkan karena kita berada di pusat lingkaran tersebut dan tidak punya akses untuk keluar. Akibat kenaikan suhu udara kita lalu memilih untuk lebih sering berada di dalam ruangan berpendingin ruang (air conditioner) yang di-set pada dingin maksimum, hal serupa akan kita lakukan bila bepergian menggunakan mobil. Tanpa kita sadari kebiasaan ini akan menambah beban pendinginan yang berarti meningkatkan konsumsi bahan bakar dan mempertinggi laju emisi karbon ke udara yang efeknya justru makin membuat bumi semakin panas lalu kita pun lagi-lagi meninggikan beban pendingin ruangan, dan seterusnya, dan seterusnya.

    Lalu apa yang dapat kita lakukan?
    Banyak orang beranggapan bahwa kondisi ini tidak akan berubah secara signifikan bila tidak didukung dengan political will yang positif dari para pemimpin dunia dan para pembuat kebijakan. Namun menurutku banyak hal sederhana yang bisa mulai kita lakukan sekarang, dimulai dari rumah dan lingkungan kita sendiri, tentunya akan lebih baik bila dapat dilaksanakan bersama-sama dengan komunitas kita secara bergotong-royong, misalnya dengan memperbanyak penanaman pohon di lingkungan rumah dan tempat tinggal. Kehadiran pepohonan akan membantu menurunkan suhu mikro, dalam jumlah yang memadai tentunya pohon akan membantu mereduksi beban pendingin ruangan dan menekan jumlah emisi karbon ke udara. Beberapa waktu yang lalu aku pernah menulis tentang manfaat pohon, mungkin bisa dicek di: http://mystateofequilibrium.blogspot.com/2010/12/bukan-sekedar-pohon.html

    Mari bertindak sekarang juga!

    Sheffield . 18 Januari 2011


    *


    Wed | February 9, 2011
    Baru nemu artikel di The Telegraph UK tentang pernyataan Pangeran Charles mengenai Climate Change dan hubungannya dengan desakan pertumbuhan ekonomi. Bagus! The Prince of Wales itu juga mengemukakan pendapatnya tentang berbagai alternatif yang dapat dilakukan untuk menekan laju emisi karbon.
    Berita lengkapnya bisa diakses di:
    http://www.telegraph.co.uk/earth/environment/climatechange/8313302/Climate-change-fuelled-by-pursuit-of-economic-growth-says-Prince-of-Wales.html

    Bisa dibaca juga artikel yang ditulis oleh Brigitta Isworo Laksmi tentang Earth Hour 60+ di Kompas.com sebagai bahan bacaan pendukung. Artikel tersebut bisa diakses di:
    http://cetak.kompas.com/read/2011/02/14/04325310/memadamkan.lampu.sejam.dan.gaya.hidup