Friday 28 January 2011

Mengembangkan Pariwisata di Banda Aceh

Banda Aceh adalah kota berpenduduk 219.659 jiwa dengan luas wilayah administratif sekitar 61,36 kilometer per segi (Sumber: Situs resmi Pemerintah Kota Banda Aceh). Setelah porak poranda dihantam gempa bumi berkekuatan lebih dari 9 skala Richter yang diikuti oleh tsunami yang mencuci bersih wilayah pantai yang merupakan hampir separuh dari kawasan permukimannya, kini Banda Aceh tengah bergiat membangun kekuatan baru.

Pemerintah kota kini berkonsentrasi memulihkan sektor perekonomian dengan mencanangkan tahun kunjungan wisata Banda Aceh 2011 bertarget 400 ribu pengunjung sepanjang tahun 2011. Dengan mengusung konten politik 'Islami' maka slogan kota pun kemudian diubah menjadi 'Bandar Wisata Islami'.

Memang terlihat Pemerintah Kota mempersiapkan fasilitas fisik sejak beberapa waktu lalu guna menyambut kedatangan wisatawan di tahun 2011 ini, misalnya pembangunan jalan baru, perbaikan taman kota, perbaikan pasar, dibangunnya hotel berbintang 5, dan sebagainya. Namun bisa jadi fasilitas tersebut justru merupakan perluasan dampak rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh pasca bencana alam 2004.

Lalu apakah cukup dengan jalan baru, pasar baru, dan hotel baru saja?
Atau apakah memang jalan baru, pasar baru dan hotel baru yang dicari pendatang ke kota ini?
Mungkin perlu ditelusuri juga pasar wisatawan seperti apa yang menjadi target dari Pemerintah Kota Banda Aceh untuk memenuhi kuota program kunjungan wisata 2011 ini.

Mungkin saja target pasar wisatawan yang disasar Pemerintah Kota Banda Aceh adalah kelompok pebisnis dan investor yang di level provinsi pun sedang gencar-gencarnya diundang untuk datang, berbisnis dan berinvestasi ke Aceh. Pendatang jenis ini biasanya sangat eksklusif dan tidak akan tinggal dalam durasi yang panjang pada setiap kunjungannya. Yang mereka butuhkan adalah hotel minimal berbintang 5 yang dapat memberikan kenyamanan bagi aktifitas kunjungan singkatnya yang padat agenda dan biasanya dilakukan dengan cara bersafari dari satu tempat ke tempat lain dalam rentang waktu yang pendek. Mereka juga akan membutuhkan suguhan dari restoran kelas wahid karena waktu makan biasanya sekaligus digunakan untuk kesempatan lobi dan deal bisnis, selain untuk memuaskan selera lidah kelas wahid-nya pula. Untuk yang tinggal agak lama, mungkin akan membutuhkan fasilitas olah raga sekelas golf. Sulit untuk melihat kemungkinan bahwa wisatawan jenis ini akan memberikan dampak yang signifikan bagi sektor ekonomi kebanyakan yang berada di kelas menengah ke bawah, yang justru populasinya paling besar di Banda Aceh. Selain itu, pendatang dari kelas ini kemungkinan tidak akan sempat menghabiskan waktu berkeliling kota untuk melihat situs-situs sejarah dan berinteraksi dengan warga lokal.

Seandainya wisatawan yang datang justru lebih banyak dari kelompok backpacker, baik asing maupun domestik, tentunya mereka akan mengincar penginapan murah bahkan homestay, tempat makan murah dan warung-warung kopi murah-meriah berfasilitas internet wi fi gratis yang banyak terdapat di sepanjang jalan protokol di Banda Aceh. Wisatawan tipe ini juga cenderung akan memanfaatkan alat transportasi umum atau menyewa sepeda maupun sepeda motor untuk memuaskan niat eksplorasinya ke seluruh pelosok kota. Positifnya, wisatawan dari kelas ini cenderung bersikap lebih terbuka dan fleksibel terhadap keragaman budaya lokal dan senang berinteraksi dengan warga setempat. Namun untuk melayani pendatang tipe ini, sudahkah Banda Aceh mempersiapkan angkutan umum yang memadai, jalan raya yang ramah pengendara sepeda, fasilitas publik yang dilengkapi toilet umum yang layak pakai, pusat informasi wisata yang gampang diakses? Karena turis tipe backpacker akan membutuhkan semua hal tersebut.

Apa yang sebenarnya dicari pendatang dalam kunjungan wisatanya ke Banda Aceh?
Saya mencoba mengintip beberapa situs web travelling di internet dengan menggunakan query 'Banda Aceh', hasil yang muncul sebagian besar adalah diskusi tentang transportasi dari bandara menuju pusat kota, cara mencapai Pulau Weh untuk scuba diving, lokasi yang menarik untuk pecinta olah raga selancar (surfing), pengalaman bersepeda melalui persawahan dan pegunungan, sungai-sungai yang menarik untuk dikunjungi, sistem permohonan visa on arrival, tempat makan favorit dan beberapa review tentang kondisi hotel atau penginapan di Banda Aceh. Khusus untuk penginapan, saya agak surprised bahwa Hotel Medan dan Hotel Lading termasuk yang banyak direkomendasikan selain dari The Pade dan Oasis.

Situs web yang saya telusuri di antaranya www.virtualtourist.com, www.lonelyplanet.com (thorntree forum), www.cheapbackpacker.com, www.traveladvisor.co.uk, wikitravel.org dan ada juga beberapa blog yang menulis ulang tentang wisata Banda Aceh yang ditulis oleh Garuda Indonesia Magazine yang juga memberikan highlight pada aktifitas scuba diving yang notabene banyak dilakukan di wilayah Pulau Weh atau Sabang.

Trend yang muncul dari diskusi para pengunjung Banda Aceh tersebut adalah, ketika membicarakan penginapan dan wisata kuliner mereka akan membahas pelayanan yang berada di Kota Banda Aceh, sedangkan bila membicarakan atraksi wisata maka mereka akan fokus pada suguhan wisata yang dimiliki oleh Aceh Besar dan Sabang yang memang sangat terkenal dengan kawasan wisata bahari-nya, bahkan ada beberapa orang yang sempat menyebutkan Takengon sebagai salah satu destinasi wisata lokal. Hal ini menunjukkan kecenderungan bahwa pengunjung, yang bisa ditebak sebagian besar adalah tipe wisatawan kelas backpacker atau budget-tourist itu, datang untuk mencari wisata alami, bukan lokasi buatan atau artifisial. Tidak banyak yang menyebutkan tsunami memorial spots sebagai tujuan wisata wajib di dalam situs-situs web tersebut, walaupun masih ada beberapa yang menyebutkan Mesjid Raya Baiturrahman sebagai tengaran (landmark) Kota Banda Aceh. Satu hal yang membanggakan bagi saya adalah para pengisi forum diskusi itu menyebutkan bahwa daerah ini aman untuk dikunjungi, salah satu pengunjung menyebutkan secara umum berwisata di Indonesia relatif lebih aman bila dibandingkan dengan berkunjung ke Thailand dan Vietnam. Wikitravel bahkan menyebutkan bahwa Banda Aceh sekarang cukup aman dibandingkan dengan kebanyakan kota-kota di Eropa.

Melihat kecenderungan di atas, ada empat hal yang menurut saya dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh untuk meningkatkan kualitas wisata daerah:

  • Pertama, menyasar pasar yang tepat bagi industri pariwisata kota lalu mensuplai fasilitas wisata sesuai pasarnya; 
  • Kedua, memperkuat kerjasama sektor pariwisata dengan Kabupaten Aceh Besar dan Kota Sabang serta mempersiapkan diri menjadi kota transit yang memadai bagi atraksi wisata yang berada di kedua wilayah tetangga tersebut; 
  • Ketiga, menggali dan menciptakan wisata dalam kota yang mampu membuat turis tetap tinggal beberapa saat di wilayah kota sebelum memutuskan untuk beranjak ke Sabang atau Takengon. Misalnya, akan menjadi bonus atraksi wisata yang menarik bila Pemerintah Kota mampu mengagendakan festival budaya khas daerah secara berkala;
  • Yang terakhir adalah melakukan publikasi dan merangkul pasar wisatawan dengan gencar, terutama yang paling praktis dan dampaknya luas adalah melalui internet. Wikitravel adalah contoh praktis untuk membeberkan apa yang bisa diperoleh orang dengan berkunjung ke Banda Aceh. Akan lebih baik bila media promo tersebut dilengkapi halaman interaktif di mana setiap calon pengunjung dapat menanyakan dan mencari informasi rinci sesuai kebutuhannya secara interaktif. Metode terakhir ini juga, menurut saya, dapat dijadikan sebagai teknik-kebalikan dari cara pertama yang saya sebutkan sebelumnya, yaitu berikan informasi sebanyak-banyaknya dan sejelas-jelasnya kepada semua tipe pasar turis potensial lalu biarkan mereka (pasar) yang memilih wisata jenis atau kelas apa yang mereka butuhkan sesuai dengan fasilitas yang kita miliki. Tentunya akan sangat baik bila marketing jenis ini diisi dengan informasi yang jujur dan benar!

Banda Aceh punya Krueng Aceh yang masih membutuhkan perhatian dan pengelolaan yang benar untuk merubah potensi besarnya sebagai atraksi wisata kota menjadi kenyataan, sebagian warga secara spontan sudah memanfaatkan Krueng Aceh sebagai tempat rekreasi memancing atau sarana latihan olah raga air seperti canoe, menurut saya hal tersebut sangat positif dan perlu didukung oleh Pemerintah Kota. Selain itu wilayah pantai Ulee Lheue yang berada di dalam kawasan administratif Kota Banda Aceh dan berpotensi sebagai fishing spot, juga masih bisa dikembangkan dan didukung dengan fasilitas publik yang memadai tetapi tidak dibangun dengan polesan artifisial secara berlebihan. Beberapa aktifitas harian masyarakat kota yang terkesan sangat 'membumi' bagi warga lokal juga bisa menjadi atraksi wisata bagi pendatang, misalnya aktifitas bongkar-muat hasil tangkapan nelayan di sekitar area pelelangan ikan Lampulo, pasar ikan Peunayong dan di sekitar jembatan Ulee Lheue. Sarana transportasi rakyat kebanyakan seperti labi-labi dan becak pun bisa menjadi atraksi yang tidak kalah menarik.

Pengolahan kawasan dan objek wisata di Banda Aceh menghadapi tantangan lain yang sudah terlanjur dijargonkan oleh pemerintah kota yaitu konten Islami. Di mana dan bagaimana konten Islami ini akan dikawinkan dengan konsep wisata di Banda Aceh masih belum terlihat jelas. Contoh sederhana saja misalnya Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, mesjid megah ini selain posisi-nya sangat sentral di ruang kota, fungsi dan sejarahnya juga sangat sentral bagi masyarakat Kota Banda Aceh sehingga tidak jarang orang yang datang ke Banda Aceh biasanya akan menyempatkan diri untuk mampir ke Mesjid Raya Baiturrahman. Tapi sudahkah kebersihan lingkungan mesjid diperhatikan? bagaimana pula dengan kondisi toiletnya?

Contoh lain adalah pasar tradisional, suatu ketika pernah saya berpapasan di Pasar Aceh dengan serombongan turis Belanda yang mungkin berkunjung ingin melihat suasana lokal yang berbeda dari tempat di mana mereka berasal, ini menunjukkan bahwa hal-hal 'biasa' seperti pasar pun bisa menjadi daya tarik wisata kota. Tapi selain masalah kebersihan urusan pemeliharaan dan pengelolaan trotoar di dalam pasar pun masih menjadi pertanyaan, belum lagi bila menyinggung urusan buang hajat, di mana mau mencari toilet umum yang bersih di Pasar Aceh? Padahal bukankah di dalam Islam kebersihan itu adalah sebagian dari iman??

Tentunya menghidupkan dan mengembangkan sektor pariwisata di Banda Aceh bukan sebatas perayaan hura-hura dan hingar-bingar pentas seni satu malam saja. Hal ini menuntut kerja keras pemerintah dan kemauan untuk bekerja sama bahu-membahu dengan warga kota dalam jangka waktu yang panjang. Tapi saya tetap optimis Banda Aceh mampu menjadi destinasi wisata yang berbeda dari kota-kota lain di Indonesia bila didukung dengan kejelian pemerintah kota dalam memilih dan mengembangkan potensi yang ada kemudian dikelola dengan cara yang mampu memberikan nilai berkelanjutan dan dibarengi dengan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang segala hal yang terkait dengan sektor wisata.

Semoga!

Sheffield . 28 Januari 2011

--------------------------------------------------------------------
Lanjutan Diskusi: Mengembangkan Pariwisata di Banda Aceh

Oooppss!!

Ternyata setelah browsing sana-sini, saya menemukan bahwa Pemerintah Kota Banda Aceh sudah cukup siap mempromosikan Tahun Kunjungan Wisata Banda Aceh 2011 ini. Sebuah situs web [yang bertujuan] memberikan informasi lengkap telah dibangun dengan alamat http://bandaacehtourism.com/index.php
selain itu sebuah account di situs jejaring sosial facebook pun sudah dibuka dan bisa diakses di http://www.facebook.com/pages/Visit-Banda-Aceh-2011/101557879911394

Berbagai festival pun telah diagendakan untuk dilaksanakan sepanjang tahun. Wow, sepertinya saya banyak ketinggalan informasi dari tanah air nih.. hehehe..
Lalu apa yang kurang?
Hmm, sebenarnya [melalui observasi jarak jauh] saya tidak melihat ada yang kurang kecuali bahwa situs web resmi yang sudah di-promosikan tersebut masih belum terisi lengkap serta versi Bahasa Inggris nya belum sepenuhnya bekerja sempurna. Tapi secara garis besar kontennya lumayan lengkap.

Menurut saya, menyediakan peta kota yang dilengkapi dengan highlight atraksi wisata di tempat-tempat strategis seperti bandara, terminal, museum, agen perjalanan dan sebagainya juga perlu dilakukan dan akan lebih baik bila setiap lokasi kunjungan wisata juga dilengkapi dengan peta dalam bentuk papan besar. Saya pikir calon turis juga akan merasa terbantu bila peta serupa bisa mereka download dari situs web resmi Visit Banda Aceh Year 2011. Peta tematik juga dapat dirumuskan oleh Pemerintah Kota dengan bekerja sama dengan kelompok-kelompok komunitas yang banyak tersebar di masyarakat, misalnya Peta Rute Wisata Sepeda, Peta Wisata Sungai, Peta Wisata Gua (Caving), dan sebagainya.

Di wall account Visit Banda Aceh Year 2011 (VBAY 2011) di facebook, masih banyak kita temui keluhan dan kritik seputar masalah pembangunan [atau pengembangan?] Kota Banda Aceh yang menurut warga kota belum sejalan dengan konsep tahun kunjungan wisata ini, di antaranya kondisi bekas konstruksi drainase di seluruh kota yang belum dibereskan, kurangnya promosi event di tingkat lokal, serta rendahnya apresiasi pemerintah dan panitia penyelenggaraan event-event terkait VBAY 2011 terhadap masyarakat umum yang ingin ikut terlibat di dalam berbagai event yang diselenggarakan pemerintah kota. Walau demikian, upaya pemerintah kota untuk 'membuka diri' melalui account-nya di facebook boleh mendapat acungan [satu] jempol! Ehm, saya akan tambah satu jempol lagi bila segala input dari warga [pemerhati] kota kemudian diakomodir dan ditindaklanjuti.

Satu hal yang agak mengganjal buat saya, di bagian info di account facebook-nya VBAY 2011 tertulis harapan yang berbunyi sebagai berikut:
"Hopefully, tourism will become a key foreign exchange earner for the Banda Aceh city administration"


Waduh, saya cuma punya dua kata saja untuk [merespons] kalimat di atas:
"Nggak banget!"
:))

Viva Banda Aceh!

Sheffield . 30 January 2011

----------------------------------------------------------------------


5 comments:

  1. Hemmm..., habis membaca jadi terinpirasi untuk menulis juga.
    Aku tertarik dan pernah berfikir juga tentang "Siapa pasar wisata kota BNA?", hasilnya aku pesimis, apalagi setelah aku melihat Jogja dan Bali.
    Pertanyaan pentingnya yang ingin aku tulis adalah, apa alasan orang pergi berwisata ke Banda Aceh?khususnya bagi orang luar Aceh.
    ....

    Salam kenal...

    ReplyDelete
  2. Salam kenal juga Bang Ismail Hidayat!
    Terima kasih sudah mampir :)

    ReplyDelete
  3. salam kenal
    Terimakasih atas inputnya
    kritik pus solusi...Bravo....

    Ditunggu tulisannya yang mengugah semangat postif untuk terus berjuang ke depan ...

    ReplyDelete
  4. @Anonymous: salam kenal juga dan terima kasih sudah mampir ke Equilibrium :)
    tapi bagaimana saya bisa menyapa Bapak/Ibu/Abang/Kakak kalau saya tidak tau namanya?
    :)

    ReplyDelete
  5. @Bang Hubbul: hahaha.. emang ada hubungan yaa??? :))

    ReplyDelete