Tuesday, 18 January 2011

Perubahan Iklim: Masih Belum Percaya?

Merasa heran bahwa masih banyak juga orang yang belum percaya (bahkan tidak peduli) kalau perubahan iklim global memang sudah terjadi. Gawatnya lagi yang tidak percaya (atau pura-pura tidak percaya?) adalah kalangan pengambil keputusan, pembuat kebijakan dan pemimpin wilayah.

Bermula dari obrolan ringan dengan seorang teman lawan main scrabble-online, kebetulan kita berdua punya visi yang sama tentang perubahan iklim. Teman-ku, yang memiliki bisnis di bidang software developer di Derbyshire itu, dengan kesalnya bilang, "Pemerintah (UK) tidak akan percaya dengan perubahan iklim sampai satu saat London tenggelam kebanjiran!"
Obrolan ringan tersebut kemudian diikuti dengan mencuatnya berita dari tanah air tentang lonjakan harga cabe, dan lain-lain. Akhirnya aku pun merasa ingin merekam momen beberapa saat terakhir ini ke dalam tulisan (yang bobotnya juga ringan-ringan saja.. hehehe)


Fenomena Musim Dingin
Salah satu fenomena yang aku alami sendiri adalah musim dingin (winter) yang tidak beraturan di Sheffield, UK. Tahun 2008 aku mengalami musim dingin yang durasi-nya relatif 'normal' hanya saja salju tahun itu dicatat sebagai salju terparah (lebat & tebal) dalam 18 tahun terakhir catatan musim dingin di UK. Dampaknya adalah transportasi terhambat, beberapa rute bis di-stop, sekolah ditutup, dan warga kota protes karena menganggap pemerintah tidak cepat tanggap menghadapi salju yang parah serta tidak tersedianya garam (grit) pelarut es di jalanan dalam jumlah yang cukup untuk mengatasi tumpukan salju dan jalan yang licin. "Where do they bring our taxes? We need more grit now, that's why we pay taxes!" begitu teriak protes warga di sejumlah media.

Tahun 2009, ketika itu aku berada di Indonesia, teman-teman bercerita bahwa mereka mengalami winter yang lebih panjang, sejak Desember 2008 hingga Februari 2009 mereka masih berurusan dengan salju yang juga berdampak sama pada transportasi dan sekolah-sekolah.

Tahun ini, 2010, durasi turunnya salju hanya sekitar satu minggu saja di akhir Desember 2010. Lalu udara kering tanpa salju, tetapi tiba-tiba mendadak suhu naik mencapai 11-12 derajat Celcius. Kemudian kami membaca berita prediksi bahwa salju akan turun lagi sebagai dampak angin dingin dari Skandinavia di bagian utara, lalu suhu pun turun lagi mencapai minus 10 derajat Celcius dan salju turun untuk beberapa saat lalu menguap kembali dalam satu atau dua hari. Benar-benar tidak dapat diduga! Parahnya lagi suhu bisa berubah-ubah drastis dalam sehari, misalnya pagi hari terasa agak 'hangat' dan kita nekat meninggalkan rumah dengan jaket tipis bisa saja sore harinya ketika kembali ke rumah suhu di jalanan membuat kita menggigil dengan jaket tipis itu. Jadi yang biasanya kami lakukan sebelum keluar rumah adalah mengecek trend perubahan suhu 24 jam serta (mau gak mau harus rely on) prediksi cuaca via website BBC, juga berusaha untuk selalu keluar rumah berbekal jaket tebal, supaya aman :)

Fenomena Ubur-Ubur
Beberapa hari terakhir saya memperhatikan status facebook teman-teman di Banda Aceh yang hobi berselancar ombak di laut. Banyak teman mengeluhkan sengatan ubur-ubur karena tiba-tiba saja di wilayah yang biasanya mereka gunakan sebagai lokasi berselancar diramaikan dengan kehadiran ubur-ubur. Fenomena serupa beberapa kali terjadi di Banda Aceh yang notabene memang merupakan kota pantai, yang saya ingat sebelumnya pernah warga kota ramai-ramai berkumpul di jembatan besar di tengah kota dan di dekat kampus untuk melihat kawanan ubur-ubur yang 'nyasar' ke sungai besar yang melintasi kota kami, mungkin mereka tersasar masuk ke aliran sungai melalui muara yang letaknya memang tidak jauh dari jembatan tersebut.

Beberapa artikel yang sempat saya baca menyebutkan bahwa dalam kondisi tertentu populasi ubur-ubur dapat meningkat drastis bahkan menjadi hama bagi ekosistem laut teritori tempatnya berdiam karena ubur-ubur terkenal sebagai pemangsa plankton yang rakus sehingga ubur-ubur yang hadir berkelompok dalam jumlah besar akan merugikan pemakan plankton lainnya. Beberapa hal yang diduga menjadi penyebab pertumbuhan populasi ubur-ubur yang sangat pesat adalah kenaikan suhu air laut dan tingkat pencemaran air laut yang tinggi. Kenaikan suhu air laut tentu saja erat kaitannya dengan pemanasan global dan perubahan iklim global.

Fenomena Cabe
Indonesia beberapa waktu belakangan ini mengalami kesulitan akibat kurangnya pasokan cabe yang berdampak pada meroketnya harga komoditi tersebut di pasaran. Padahal cabe adalah salah satu bahan makanan konsumsi harian masyarakat Indonesia. Fenomena ini terjadi akibat gagal panen karena kerusakan tanaman cabe yang disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu. Belum lagi hama jenis tertentu, seperti halnya ubur-ubur di lautan, dapat berlipat ganda populasinya akibat perubahan cuaca sehingga merugikan pertanian cabe. Hingga saat ini lembaga penelitian tanaman pangan di IPB Bogor tengah mengembangkan varian baru tanaman cabe yang relatif lebih tahan terhadap cuaca yang tidak ideal, namun sayangnya untuk sementara waktu belum ada varian cabe tahan cuaca yang dapat diproduksi massal untuk memenuhi tuntutan pasar

Kita dan Perubahan Iklim
Perubahan iklim berdampak luas bagi manusia. Perubahan iklim mengakibatkan perubahan ekosistem, pergeseran cuaca dan musim. Beberapa hal yang kemudian menjadi dampak dari perubahan ekosistem, pergeseran cuaca dan musim adalah: krisis pangan akibat gagal panen dan serangan hama yang tidak terkontrol, epidemi penyakit akibat meningkatnya perkembangbiakan vektor penyebar penyakit, gangguan terhadap ekosistem laut dan pantai serta kerusakan infrastruktur tepi laut akibat kenaikan muka air laut, bencana alam seperti banjir dan kekeringan berkepanjangan akibat ketidakseimbangan musim basah dan kering, kehilangan keanekaragaman hayati, dan lain sebagainya.

Banyak dari hal yang disebutkan di atas telah terjadi, banyak yang di antaranya telah kita alami namun tidak kita sadari kejadiannya sebagai manifestasi dari peningkatan panas bumi dan perubahan iklim global. Peningkatan suhu udara sendiri kemudian menjadi seperti lingkaran api besar yang tidak dapat kita padamkan karena kita berada di pusat lingkaran tersebut dan tidak punya akses untuk keluar. Akibat kenaikan suhu udara kita lalu memilih untuk lebih sering berada di dalam ruangan berpendingin ruang (air conditioner) yang di-set pada dingin maksimum, hal serupa akan kita lakukan bila bepergian menggunakan mobil. Tanpa kita sadari kebiasaan ini akan menambah beban pendinginan yang berarti meningkatkan konsumsi bahan bakar dan mempertinggi laju emisi karbon ke udara yang efeknya justru makin membuat bumi semakin panas lalu kita pun lagi-lagi meninggikan beban pendingin ruangan, dan seterusnya, dan seterusnya.

Lalu apa yang dapat kita lakukan?
Banyak orang beranggapan bahwa kondisi ini tidak akan berubah secara signifikan bila tidak didukung dengan political will yang positif dari para pemimpin dunia dan para pembuat kebijakan. Namun menurutku banyak hal sederhana yang bisa mulai kita lakukan sekarang, dimulai dari rumah dan lingkungan kita sendiri, tentunya akan lebih baik bila dapat dilaksanakan bersama-sama dengan komunitas kita secara bergotong-royong, misalnya dengan memperbanyak penanaman pohon di lingkungan rumah dan tempat tinggal. Kehadiran pepohonan akan membantu menurunkan suhu mikro, dalam jumlah yang memadai tentunya pohon akan membantu mereduksi beban pendingin ruangan dan menekan jumlah emisi karbon ke udara. Beberapa waktu yang lalu aku pernah menulis tentang manfaat pohon, mungkin bisa dicek di: http://mystateofequilibrium.blogspot.com/2010/12/bukan-sekedar-pohon.html

Mari bertindak sekarang juga!

Sheffield . 18 Januari 2011


*


Wed | February 9, 2011
Baru nemu artikel di The Telegraph UK tentang pernyataan Pangeran Charles mengenai Climate Change dan hubungannya dengan desakan pertumbuhan ekonomi. Bagus! The Prince of Wales itu juga mengemukakan pendapatnya tentang berbagai alternatif yang dapat dilakukan untuk menekan laju emisi karbon.
Berita lengkapnya bisa diakses di:
http://www.telegraph.co.uk/earth/environment/climatechange/8313302/Climate-change-fuelled-by-pursuit-of-economic-growth-says-Prince-of-Wales.html

Bisa dibaca juga artikel yang ditulis oleh Brigitta Isworo Laksmi tentang Earth Hour 60+ di Kompas.com sebagai bahan bacaan pendukung. Artikel tersebut bisa diakses di:
http://cetak.kompas.com/read/2011/02/14/04325310/memadamkan.lampu.sejam.dan.gaya.hidup

No comments:

Post a Comment