Thursday 30 December 2010

Yang Tidak Terbeli dengan Uang

Dari sekian banyak hal yang tidak terbeli dengan uang, salah satu yang penting adalah Rasa Sehat. Entah kenapa hari ini aku kehilangan rasa-sehat. Mungkin karena kebanyakan kopi sehingga caffeine menumpuk di dalam darah, atau karena beberapa malam belakangan sulit tidur lebih awal karena banyak hal yang harus diselesaikan (dan ditulis!), atau karena hari sebelumnya sempat telat makan seharian gara-gara terlalu serius nonton tanding final piala AFF 2010 Indonesia vs Malaysia.

Tapi yang jelas rasanya sedih kehilangan rasa-sehat seperti ini. Sedih karena harus rela membiarkan anak-anak makan makanan yang dihangatkan Ayah-nya, karena aku gak sanggup bangun dari tempat tidur untuk memasak. Sedih karena gak mampu menemani suami berbelanja kebutuhan dapur, padahal rencana belanja hari ini sudah kami jadwalkan sejak sehari sebelumnya karena rencananya besok kita mau ngumpul-ngumpul bareng teman-teman Indonesian Society dan aku mau masak masakan tradisional buat dibawa ke acara ngumpul-ngumpul itu. Sedih karena akhirnya gak jadi ngurusin laundry sementara pakaian kotor bertumpuk tinggi & asimetris (persis Menara Pisa!) karena mesin cuci rusak dan landlord berkilah "ini masih liburan, jadi kami tidak bisa menemukan teknisi untuk mesin cucinya". Duh, sedihnya!

Tree Hotel: Hotel Pohon di Swedia


The Nest

Blue Cone

The Cabin

The Nest

Mirrorcube

Mirrorcube

Berawal dari mengenang mimpi masa kecil mereka untuk memiliki rumah yang berada tinggi di atas pohon, pasangan pengusaha Kent Lindvall dan Britta Jonsson-Lindvall berupaya mewujudkan mimpi tersebut dengan membangun hotel yang kamar-kamarnya mencuat di antara pepohonan. Konsep ini diharapkan mampu membawa semua tamu yang menikmati hotel tersebut untuk dapat merasakan hidup berdampingan secara harmonis dengan alam.

Berlokasi di Harads, sebuah desa kecil berpenduduk hanya sekitar 600 orang, yang dikelilingi hutan dengan pohon-pohon tinggi menjulang berusia ratusan tahun, Tree Hotel diharapkan mampu menjadi daya tarik wisata yang akan memberikan dampak ekonomi bagi warga setempat. Hutan di mana Tree Hotel dibangun juga merupakan salah satu kawasan hutan yang sangat indah di Swedia, masyarakat lokal menyebutnya sebagai "The Pearl of Swedish Forests". Kehadiran Sungai Lulea di tepi hutan menggenapi keindahan lanskap hutan ini.

Tree Hotel terdiri dari kabin-kabin yang terpisah-pisah, masing-masing berada pada pohon yang berbeda-beda. Pemiliknya merencanakan akan membangun 24 kabin yang akan dirancang oleh 24 arsitek yang berbeda pula. "Hal ini kami lakukan untuk menjaga keunikan tiap kabin, sehingga tidak ada kabin yang serupa dan kami yakin bahwa tiap desain hanya akan dibuat satu oleh si arsitek tidak ada duplikatnya di seluruh dunia," demikian ujar Kent Lindvall.

Setiap kabin dirancang untuk ditempati oleh 2 hingga 4 orang, dilengkapi ruang tidur, ruang duduk, pantry dan kamar mandi. View dari dalam kabin sangat indah, bukan hanya karena keindahan lanskapnya, posisi kamar-kamar hotel yang menjulang di antara pepohonan membuat pemandangan di luar menjadi semakin menakjubkan. "Dari dalam kamar kita bisa melihat burung, rusa, kijang, atau kalau sangat beruntung mungkin bisa juga melihat beruang," demikian disampaikan oleh Manajer Marketing Tree Hotel, Annette Selberg.

Hingga saat ini baru 4 kabin yang sudah siap pakai dan dibuka untuk umum. Sisanya akan dibuat secara bertahap dalam tempo 5 tahun, demikian janji pemilik projek. Masing-masing kabin diberi nama yang unik pula oleh arsiteknya. Misalnya Mirrorcube, sesuai namanya kabin ini berbentuk kubus yang kulit luarnya adalah kaca cermin. "Kami ingin membuat seolah-olah kabin ini tidak terlihat atau sangat menyatu dengan lingkungannya, karena cermin yang menutupinya merefleksikan seluruh lingkungan di sekelilingnya," ujar Kent Lindvall. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan terhadap burung yang terbang melintasi Mirrorcube, cermin di bagian luar dilapisi dengan lapisan infrared yang hanya dapat terlihat oleh burung. Mirrorcube dibentuk dari struktur rangka alumunium ringan yang digantung pada sebatang pohon yang tepat berada di tengah-tengah kubus berukuran 4x4x4 meter ini. Mirrorcube dirancang oleh arsitek Bolla Thama dan Martin Videgaard, struktur kubus ini dikaitkan ke sebatang pohon dengan menggunakan sistem gelang logam yang dapat diubah ukuran/diameternya agar dapat disesuaikan dengan pertumbuhan diameter kayu yang ditumpanginya.

Selain Mirrorcube, ada pula The Nest, yang didesain menyerupai sarang burung liar. Lalu ada juga Blue Cone, yang awalnya dirancang berwarna biru namun pada tahap konstruksi si arsitek berubah pikiran dan memutuskan mengganti warna kabin ini menjadi merah karena dianggap akan lebih mencolok berada di lingkungan sekitarnya. Selain itu ada juga UFO, kabin berbentuk kapsul yang inspirasinya dari citra UFO (Unidentified Flying Object), dan sebuah kabin lain yang diberi nama "The Cabin" pula, yang dirancang oleh firma arsitektur Cyrene & Cyrene.

Setiap kabin memiliki jalur akses yang berbeda yang dirancang seminimal mungkin agar tidak mengganggu lingkungan hutan. The Nest misalnya, dapat dimasuki melalui tangga lipat elektronik yang diaktifkan dengan menggunakan tombol. Sedangkan Mirrorcube diakses dengan menggunakan jembatan gantung yang terbuat dari kayu dengan sistem kabel. "Kami mengupayakan sesedikit mungkin gangguan terhadap habitat alami hutan ini selama proses konstruksi berlangsung," ujar Britta, pemilik projek. Konsep gangguan minimal terhadap habitat alami hutan juga diterapkan dalam operasional hotel. Pihak manajemen hotel berencana akan melayani paket tur berjalan kaki di area hutan di mana Tree Hotel berada, hal ini berbeda dengan konsep yang disuguhkan hotel lain yang berada di sekitar wilayah tersebut yang umumnya memberikan paket tur safari menggunakan kendaraan bermotor.

Apa yang dilakukan oleh Kent Lindvall dan Britta Jonsson-Lindvall dapat dijadikan inspirasi bagi upaya-upaya lain untuk "berdamai" dengan alam. Pasangan ini telah mencontohkan bahkan pembangunan yang bersifat komersial pun tidak berarti harus merusak habitat alami lingkungan sekitarnya, tujuan komersial masih dapat dicapai dengan cara menyesuaikan diri dengan alam.

Video tentang proses konstruksi dan kondisi Tree Hotel dapat diakses di:

Video_1 Liputan Deutsche Welle TV
Video_2 CBS News
Video_3 Overview

Hotel ini akan dikelola oleh grup perusahaan hotel Brittas Pensionat yang juga memiliki bisnis serupa di wilayah itu. Informasi lebih lanjut dan reservasi dapat dilakukan dengan menghubungi info@treehotel.se

Sheffield . 30 Desember 2010


Sumber literatur, foto dan video:


Wednesday 29 December 2010

Rumah Ultra Ramping di Tokyo, Jepang









Bangunan yang satu ini layak diberi label Unbelievable! alias Menakjubkan! Saya merasa tertarik untuk menulis tentang bangunan ini karena tantangan desain-nya lumayan berat yaitu mendesain rumah tinggal di atas tapak yang sangat "tipis" yang berbentuk trapesium.

Desainnya yang ultra ramping mengingatkan kita akan bentuk televisi plasma yang sedang menjadi trend di seluruh dunia, bila di lihat dari sisi lain bangunan ini juga terlihat seperti heater atau penghangat ruangan yang banyak digunakan di negara-negara bermusim dingin. Bangunan berfungsi rumah tinggal ini dirancang oleh studio arsitektur di Jepang, Jo Nagasaka + Schemata Architecture Office, dengan tujuan untuk menciptakan sebuah rumah tinggal yang dapat menampung segala kebutuhan penghuninya.

Tantangan terbesar bagi para arsiteknya dalam proses rancangan adalah menghasilkan desain sebuah bangunan rumah tinggal di atas tapak yang sempit dan berbatasan langsung dengan jalan. Solusi kreatif yang kemudian disodorkan oleh para arsitek untuk mengatasi tantangan tersebut adalah menciptakan bangunan dengan fasade bersudut 63,02 derajat. Solusi kreatif tersebut mampu menciptakan view baru yang positif dari dalam bangunan juga bagi lingkungan luarnya sekaligus membantu memaksimalkan ruang dalam.

Tampilan bangunan dibuat minimal, tidak diimbuhi banyak detail, baik pada bagian luar maupun dalam. Fasade bangunan dicat putih sementara bagian dalam dibiarkan berwarna beton alami. Aksentuasi kontras pada ruang dalam diberikan oleh furnitur.

Sheffield . 27 Desember 2010

Sumber literatur & foto:


Rumah Botol Ridwan Kamil








Ridwan Kamil adalah arsitek muda Indonesia dengan reputasi Internasional. Nama besar dan karya-karyanya menjadi inspirasi bagi banyak arsitek muda lainnya di Indonesia. Selain sibuk berprofesi sebagai arsitek, Ridwan Kamil juga menjadi penggagas dan Direktur dari Bandung Creative City Forum. Salah satu masterpiece arsitektur Ridwan Kamil adalah rumah tinggalnya sendiri.

Terletak di kota berhawa sejuk, Bandung, Indonesia, arsitek yang akrab disapa dengan sebutan Emil ini membangun rumahnya dari 30,000 botol kaca bekas minuman energi. Emil memilih botol minuman berenergi merk terkenal ini karena menurutnya botol minuman ini tidak dikumpulkan kembali oleh si pemilik industri untuk diisi ulang, seperti yang biasanya dilakukan oleh minuman ringan kemasan botol yang banyak beredar di pasaran. Emil mengumpulkan puluhan ribu botol kaca bekas itu selama 2 tahun! Ini menunjukkan komitmennya yang sangat tinggi terhadap konsep rancangan dan idenya untuk sekaligus mengurangi sampah di kotanya.

"Saya sempat kesal ketika kota kelahiran saya, Bandung, pernah dijuluki sebagai Bandung Lautan Sampah," ujarnya dalam sebuah kesempatan memberikan ceramah di TEDx, event TED independen yang dilaksanakan di Jakarta pada Juli 2010 lalu. Selain itu ide menggunakan botol kaca berwarna coklat ini juga datang dari kebiasaannya memperhatikan para pekerjanya yang sering mengkonsumsi minuman tersebut. "Warna coklat kacanya juga selaras dengan warna kayu," demikian ujarnya seperti yang dikutip dari HomeDezign.com.

Selain memadupadankan rancangan rumah botolnya dengan kayu, Emil juga menggabungkan susunan botol dengan glass block di beberapa bagian. Guna meminimalkan penggunaan cat di bagian luar bangunan, sang arsitek juga membiarkan beberapa bagian beton terekspos dan menampilkan warna natural betonnya. Aksentuasi kontras diperoleh dari penggunaan furnitur dan elemen interior lainnya di bagian dalam rumah.

Kerja kerasnya ini tidak sia-sia, pada tahun 2009 Emil dianugrahi Green Design Award 2009 oleh BCI Asia, mengalahkan sedikitnya 80 partisipan lain dari 8 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, Vietnam, Philippines, Hong Kong dan China. Rumah yang berdiri di atas lahan berbentuk trapesium seluas 373 meter persegi ini layak diberi label green bukan hanya karena dibangun dari limbah botol kaca lokal, melainkan juga karena sifat kaca yang tembus pandang memungkinkan cahaya matahari masuk pada siang hari membuat bangunan ini mampu menghemat penggunaan cahaya lampu pada siang hari.

Sheffield . 29 Desember 2010

Sumber literatur dan foto:




Bukan "Sekedar" Pohon


Masih kecewa karena kejadian penebangan pohon-pohon besar di kawasan Darussalam – Banda Aceh, dua hari yang lalu, saya merasa bertanggung jawab untuk memperkaya pengetahuan diri sendiri akan manfaat pohon.

  • Apa benar pohon ya cuma sekedar pohon, yang sejak kecil hingga sekarang saya kenal sebagai tumbuhan bertubuh besar, berdaun (dominan) hijau, memiliki cabang, ranting serta akar yang kuat, yang kalau saya berdiri di bawahnya akan merasa teduh walau sesekali kejatuhan ulat daun, semut merah atau kotoran burung atau kalau sedang sangat apes kejatuhan ular kecil berwarna hijau.. (hiiyy!)
  • Apa mungkin saya merasa sedih hanya karena punya kenangan masa kecil tentang bagaimana saya diajari Kakek bertanam pohon dan senang memanjat pohon di kebun Kakek, bergelayutan di dahan-dahan pohon (yang agak rendah tentunya, hey, saya kan perempuan!) sambil ngemil jambu klutuk atau potongan nenas. 
  • Apa iya saya kesal pohon besar ditebang di kota saya karena itu berarti saya akan kesulitan mencari tempat teduh saat menunggu angkutan umum yang berarti harus rela juga kalau kulit wajah saya akan terekspos sinar matahari? 

Akhirnya, supaya alasan rasa kecewa itu tidak terdengar terlalu self-centred,saya pun mencari ‘kebenaran’ tentang manfaat pohon bagi manusia dengan bantuan Bang-Google. Diskusi di bawah ini akan menyajikan manfaat pohon dan pepohonan dari sudut pandang ekologi, ekonomi dan sosial.

Manfaat Ekologis
Sebatang pohon bekerja memberikan manfaat bagi manusia selama 24 jam sehari, tugasnya meliputi perbaikan kualitas lingkungan sekaligus memperbaiki kualitas hidup manusia yang berdiam di sekitarnya. Di luar dari manfaat estetika yang disuguhkannya pepohonan menyangga kualitas udara dan air, membantu menghemat energi dan mendukung keberlangsungan ekonomi.

Secara ilmiah, pohon terbukti mampu mengurangi kadar karbondioksida (CO2) di udara dengan cara menyerap dan menyimpan karbondioksida di dalam tubuhnya. Pohon menyerap karbondioksida di udara selama proses fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat bagi dirinya, proses tersebut kemudian melepaskan oksigen ke udara sebagai ‘produk sampingan’ yang justru bernilai positif bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Proses ini dikenal pula dengan istilah carbon sequestration. Hingga saat ini bertanam pohon masih menjadi aktifitas yang paling mudah dan murah yang dapat dilakukan manusia untuk menyerap CO2 dari udara.

Sebuah studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sebatang pohon berusia dewasa mampu menyerap CO2 hingga 21.8kg/tahun sekaligus melepaskan oksigen ke udara yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen 2 manusia. Separuh dari seluruh elemen gas pembentuk efek rumah kaca yang memerangkap panas bumi di lapisan atmosfer adalah CO2, efek rumah kaca mengakibatkan suhu permukaan bumi meningkat dan diyakini berdampak utama pada terjadinya perubahan iklim secara global.

Naungan pohon dengan kanopi yang memadai akan mendinginkan bangunan dan lingkungan sekitarnya sehingga mengurangi kebutuhan penggunaan pendingin ruangan hingga 30%. Berkurangnya penggunaan pendingin ruangan berarti mengurangi kebutuhan akan suplai listrik sekaligus mengurangi kebutuhan bahan bakar berbasis fosil atau minyak bumi yang umumnya masih digunakan sebagai bahan bakar bagi mesin-mesin pembangkit listrik di negara kita. Mengurangi penggunaan bahan bakar minyak pada mesin pembangkit listrik juga berarti mengurangi emisi karbon atau gas rumah kaca! Melihat rantai kejadian di atas maka jelas sekali bahwa pohon adalah ‘alat’ yang efektif untuk mengurangi dampak pemanasan global.

Selain menyerap karbondioksida, pepohonan juga menyerap gas polutan lainnya melalui stomata yang terdapat pada permukaan daun. Gas polutan yang umumnya terdapat di wilayah perkotaan adalah: sulfur dioksida (SO2); ozon (O3); nitrogen oksida (NO2). Polutan-polutan tersebut merupakan produk buangan bahan bakar dari kendaraan bermotor dan industri yang dapat mengakibatkan gangguan pernafasan pada manusia. Sedangkan ozon yang mestinya berada pada lapisan paling atas atmosfer dan berfungsi menyaring sinar UV dari matahari dapat terbawa turun ke permukaan bumi oleh fenomena alam, seperti badai, dan ketika berada di permukaan bumi ozon justru memberi dampak buruk bagi kesehatan manusia. Ozon di sekitar kita juga dihasilkan sebagai produk buangan kendaraan bermotor.

Jalur hijau dengan lebar lebih dari 2m (dua meter) dengan kombinasi pohon dan tanaman rumput bahkan mampu mereduksi polusi debu dari jalan raya hingga 75% (Bhumicara, 2008). Pepohonan di sepanjang tepi jalan juga mencegah refleksi sinar matahari yang menyilaukan pengguna jalan.

Mari kita telusuri manfaat akar pohon, akar pohon berfungsi mengurangi erosi atau penggerusan lapisan atas tanah (topsoil) yang merupakan lapisan yang mengandung konsentrasi unsur organik tertinggi serta habitat mikroorganisme.Topsoil biasanya merupakan campuran pasir, lumpur halus, tanah liat dan humus, yang merupakan media terbaik bagi pertumbuhan tanaman lainnya. Akar pohon menghambat masuknya polutan yang ada di dalam tanah ke jejaring air tanah, dan membantu penyerapan air oleh tanah. Seluruh proses ini menjamin ketersediaan dan kualitas air tanah untuk kelangsungan hidup manusia. Setiap 5% lingkup pepohonan di dalam suatu kawasan mampu mengurangi laju air hujan dan membantu penyerapan air tanah hingga sekitar 2%.

Kawasan yang memiliki banyak pohon besar sebagai peneduh cenderung membuat pengendara kendaraan bermotor akan berkendara dengan kecepatan lebih rendah dibandingkan dengan berkendara di kawasan tanpa pohon. Jalan yang tidak didampingi pepohonan akan terasa lebih lebar atau lapang sehingga pengendara cenderung akan menambah laju kendaraannya yang dapat berakibat pada kecelakaan lalu lintas. Penataan jalan yang baik idealnya menjadikan pepohonan sebagai pembatas di antara kendaraan yang melaju di jalan dengan para pejalan kaki. Selain itu barisan pepohonan di jalan raya dapat dibaca sebagai penanda tikungan atau belokan bagi pengendara kendaraan bermotor sehingga mereka akan melambatkan laju kendaraannya sejak berada pada jarak yang lebih aman.

Dalam konteks pengurangan resiko bencana, pepohonan yang secara kolektif ditanam dengan perencanaan yang benar juga mampu meredam laju angin bahkan gelombang sehingga mampu mengurangi resiko bencana bagi manusia.

Manfaat Ekonomi
Beberapa studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pepohonan memberi dampak bagi kestabilan ekonomi suatu wilayah dengan cara menarik lebih banyak peminat bisnis dan wisatawan. Pengunjung kawasan pertokoan yang dilindungi banyak pepohonan cenderung akan berjalan-jalan dan berbelanja lebih lama dibandingkan dengan kawasan pertokoan yang gersang.

Kawasan permukiman dan perkantoran pun cenderung memiliki tingkat penggunaan (occupancy rate) yang lebih tinggi bila didukung dengan pepohonan yang tertata baik. Bahkan di Amerika Serikat harga jual kembali properti yang berada di lingkungan yang memiliki banyak pepohonan juga lebih tinggi dibandingkan di lingkungan tanpa pepohonan.

Contoh sederhana di tempat kita adalah tempat parkir, tidak seperti Jakarta atau kota-kota besar lainnya di Indonesia yang melayani parkir di dalam gedung, kawasan perkantoran dan pertokoan di Banda Aceh masih mengandalkan parkir di luar ruangan. Dengan teriknya matahari di kota ini tidak heran bila lapangan parkir yang memiliki naungan pohon akan lebih digemari pemilik kendaraan bermotor dibandingkan dengan lahan parkir gersang.

Manfaat Sosial
Pohon memberikan efek relaksasi bagi manusia membuat manusia hidup lebih tenang. Pohon-pohon yang meneduhkan taman kota menciptakan ruang sosial di mana manusia akan datang, berkumpul, bermain bersama keluarga atau teman lalu berinteraksi. Pohon juga menyaring kebisingan, studi oleh Departemen Energi Amerika Serikat menunjukkan bahwa pepohonan secara kolektif mampu mereduksi tingkat kebisingan wilayah perkotaan hingga 50%. Ini berarti bahwa semakin banyak pohon dibiarkan tumbuh besar di kawasan permukiman, maka warga dapat hidup dengan lebih nyaman (bukan begitu?); fungsi pohon sebagai peredam kebisingan mungkin juga menjadikannya elemen yang tepat untuk dibiarkan tumbuh rapat di sekitar sekolah atau kampus sehingga para pelajar bisa lebih berkonsentrasi di ruang-ruang kelas.

Untuk kasus pohon-pohon besar yang ditebang di Darussalam, sebelum ditebang dulu manfaatnya tidak hanya meneduhkan kawasan sekitar dan para pejalan kaki, di bawah pohon juga sering berteduh penjaja makanan kecil yang pelanggan setia-nya biasanya adalah mahasiswa dan pelajar. Selain itu pohon-pohon tersebut juga digunakan untuk berteduh oleh para orang tua dan keluarga yang mengantarkan anggota keluarganya diwisuda pada musim-musim wisuda sarjana di Universitas Syiah Kuala.

Ingin menambah deretan manfaat pohon bagi keluarga dan tetangga? Tanamlah pohon yang menghasilkan buah yang dapat dimakan bersama atau (mungkin juga) untuk dijual.

Setelah mendiskusikan manfaat pohon bagi manusia, saya ingin kembali ke cerita tentang ’peruntungan’ lain yang mungkin diperoleh ketika berteduh di bawah pohon, bahwa mungkin saja kita kejatuhan semut merah, ulat, ular pohon atau kotoran burung, itu berarti bahwa ada makhluk lain selain manusia yang juga menggantungkan hidupnya pada sebatang pohon. Mereka berumah, berdaur hidup dan berkoloni di sana. Lalu bagaimana nasib mereka bila pohon yang ditumpanginya ditebang?

Mengutip refleksi dari blog dnz journal,
Berapa harga yang sanggup kita bayar untuk bisa menghirup oksigen... Seberapa tinggi harga yang sanggup kita berikan untuk bisa menikmati atraksi dan suara satwa. Seberapa besar kesediaan kita membayar untuk menyegarkan pikiran dan emosi kita dengan menikmati pemandangan yang hijau dan alami serta udara yang segar...
Menurut saya semua hal yang disebutkan di atas tidak akan terbeli dengan uang.

Refleksi Penulis
Walau pohon memberikan banyak manfaat bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, namun dalam konteks perkotaan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guna menjaga sinergi hubungan antara pohon, manusia dan lingkungan sekitarnya. Selain bahwa jenis pohon yang dapat ditanam di suatu wilayah sangat tergantung pada kondisi geografis dan ekosistem wilayah tersebut, di wilayah perkotaan penanaman pohon harus disertai dengan perencanaan yang tepat dan perawatan yang memadai. Pepohonan besar berusia tua dengan dahan besar yang terjulur ke arah jalan raya dapat membahayakan pengguna jalan karena dahan-dahan pohon memiliki resiko patah karena usia atau cuaca. Perawatan dan pemeriksaan kondisi pohon secara berkala juga dibutuhkan untuk menghindari resiko pohon tumbang. Selain itu dahan dan ranting pohon juga harus diperhatikan agar tidak mengganggu instalasi listrik atau telepon serta tidak menutupi lampu jalan.

Diskusi ini mungkin tidak memberikan solusi praktis terhadap apa yang harusnya dilakukan untuk menyikapi kasus penebangan pohon di Darussalam, karena memang sejak awal tujuan saya adalah untuk memperkaya pengetahuan diri dan meyakinkan diri sendiri bahwa: pohon bukan "sekedar" pohon, kehadirannya di muka bumi bukan untuk semata-mata dihargai sebagai elemen estetis dalam sebuah bentang alam. Pembelajaran pribadi saya terhadap insiden Darussalam adalah bahwa seharusnya kita (terutama yang berprofesi di bidang perencanaan dan perancangan ruang) bisa bersikap lebih arif dalam memaknai kehadiran pohon sebagai salah satu unsur penting bagi tata-kembang ruang.

Namun saya berharap diskusi ini mampu mengurangi (atau jangan-jangan malah menambah!) rasa kecewa saya akibat penebangan pohon di Darussalam – Banda Aceh, dan semoga juga bermanfaat bagi teman-teman semua. Salam hangat!

Sheffield . 20 Desember 2010

Foto-foto dalam tulisan ini adalah milik Masdar Djamaludin. Profil Masdar bisa diakses (atas izin pemiliknya) melalui: http://www.facebook.com/masdarjamal

Untuk memperbesar tulisan, silakan tekan tombol Ctrl dan + secara bersamaan pada keyboard.

Rujukan:
Benefits of Trees in Urban Area, diakses dari http://www.coloradotrees.org/benefits.htm
“The Amazing Benefits of Trees” Video by The Davey Tree Expert Company, diakses dari http://www.youtube.com/watch?v=ungk6x3OfNs
“Social Benefits of Trees” Video by University of MO Columbia, diakses darihttp://www.youtube.com/watch?v=48mADsiIpCo
Bhumicara. 2008. Tanaman dan Pencemaran Udara, diakses darihttp://bhumicara.wordpress.com/2008/05/23/tanaman-dan-pencemaran-udara/
Dnz Journal. 2010. Manfaat Lebih Berharga dari Fisik, diakses darihttp://dnzjournal.wordpress.com/2010/05/27/manfaat-lebih-berharga-dari-fisik/
The Value of Trees, diakses dari http://www.bowthorpetree.com/77.html
Street Trees, diakses dari http://streetswiki.wikispaces.com/Street+Trees
Urban Forestry in Ohio, diakses dari http://www.ohiosaf.org/urban.htm
What is Topsoil Composed of?, diakses darihttp://www.ehow.com/about_6302808_topsoil-composed-of.html


Catatan:
Masalah penebangan pohon di kawasan Darussalam – Banda Aceh ternyata terkait dengan masalah yang lebih besar yaitu proyek (amburadul) pembangunan drainase yang didanai dan diawasi konsultan asing, yang saat ini tengah diancam Citizen Law Suit karena dianggap telah merugikan masyarakat. Untuk berita lengkapnya silahkan klikhttp://www.serambinews.com/news/view/45058/warning-untuk-pengawas-dan-kontraktor-kakap dan http://www.serambinews.com/news/view/45057/terbuka-peluang-menggugat

TREMBESI

Pohon Trembesi dikenal pula dengan nama Ki Hujan, Albizia saman, Samanea saman, Rain Tree, atau Monkeypod. Menurut beberapa penelitian, pohon Trembesi memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Mampu menyerap karbondioksida (CO2) sebanyak 28,5 ton per tahun. Bentangan kanopinya sangat lebar mampu mencapai hingga 30meter sehingga menurunkan suhu mikro antara 3-4 derajat Celcius.

2. Akarnya mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium untuk mengikat nitrogen hingga 78% dari kandungan nitrogen di udara.

3. Trembesi mampu bertahan hidup di lahan-lahan marjinal, dan lahan-lahan kritis, seperti bekas tambang, bahkan mampu bertahan pada keasaman tanah yang tinggi. Awalnya pohon ini hanya ditemukan di padang savana Peru, Brasil, dan Meksiko, yang merupakan daerah yang sangat minim air.

4. Berdasarkan penelitian Hartwell (1967-1971) di Venezuela, akar Trembesi dapat digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk mencegah kanker. Ekstrak daun Trembesi dapat menghambat pertumbuhan mikrobakterium Tuberculosis (Perry, 1980) yang dapat menyebabkan sakit perut. Trembesi juga dapat digunakan sebagai obat flu, sakit kepala dan penyakit usus (Duke and Wain, 1981)

5. Hasil penelitian membuktikan bahwa pohon trembesi yang ditanam di atas lahan satu hektar dapat menghasilkan 0,6 ton oksigen (O2) yang mampu memenuhi kebutuhan oksigen untuk 1.550 orang per hari. Trembesi juga unggul dalam menanggulangi banjir sebab mampu menyimpan 900 meter kubik air tanah per tahun dan mampu menyalurkan (mentransfer) 4.000 liter air per hari.

Hal yang membuat Trembesi menjadi kurang populer sebagai tanaman peneduh di wilayah perkotaan adalah karena pohon ini memiliki jaringan akar yang besar dan luas sehingga sering kali merusak bangunan atau perkerasan di sekitar lokasi tumbuhnya.

Sumber:

http://www.hariansumutpos.com/2010/02/29836/menabung-di-batang-trembesi.html

http://worldkids.wordpress.com/trembesi-samane-saman-tanaman-pelindung-yang-terlupakan/

Warta Bumi | Konservasi/Pelestarian, Kamis, 9 Desember 2010 18:14 WIB

http://matoa.org/trembesi-samanea-saman/

http://raufbogor.blogspot.com/2010/06/manfaat-1-pohon-trembesi.html


Foto Pohon Trembesi milik http://blog.ngooprek.com/


Belajar dari Projek ECO-TEC: Menciptakan Bangunan Bermanfaat Ekologis, Ekonomis dan Sosial


Hingga hari ini sampah plastik masih menjadi masalah besar bagi keberlanjutan lingkungan hidup di bumi. Di antara penyumbang sampah plastik terbesar di dunia adalah botol kemasan minuman ringan, yang secara global dikenal sebagai PET bottle (PET: Polyethylene terephthalate).

Pada tahun 2000, Andreas Froese, seorang pekerja bio-konstruksi yang tengah membersihkan sampah botol plastik dari sebuah festival di Honduras mendapatkan ide untuk menggunakan botol PET bekas menjadi material konstruksi bangunan. Lalu digagaslah pembangunan sebuah rumah ramah lingkungan dengan menggunakan 8000 botol plastik bekas dengan judul projek 'Eco House', berlokasi di Eco Park "El Zamorano" di daerah Tegucigalpa - Honduras, yang kemudian menjadi projek pionir dari Eco-Tec.

Eco-Tec lalu tumbuh menjadi lembaga penyelamat lingkungan berbasis kemanusiaan, misi mereka adalah bersama masyarakat membangun rumah bagi warga miskin dunia sekaligus mengurangi jumlah sampah botol PET bekas dan mengubahnya menjadi hal yang memberi manfaat. Eco-Tec kini bekerja di beberapa negara di antaranya Honduras, Haiti, Uganda, Bolivia dan Mexico. Lembaga ini melengkapi projek-nya dengan training konstruksi bagi masyarakat setempat sehingga proses konstruksi sepenuhnya dapat dilakukan oleh masyarakat. Selain dapat mengurangi sampah, projek perumahan berbahan dasar botol PET bekas ini diharapkan mampu mengurangi jumlah permukiman kumuh di negara-negara tersebut.

Lebih lanjut tentang Eco-Tec dapat dilihat di:
Sheffield . 27 Desember 2010

Sumber:

Eco-House, Projek Eco-Tec di Honduras

Roman Aquaduct, Projek Eco-Tec di Honduras

Konstruksi Rumah Botol PET Projek Eco-Tec di Mexico

Projek Eco-Tec di Uganda

Dinding Taman, Projek Eco-Tec di Haiti

EcoARK Taiwan: Bangunan dari 1,5 Juta Limbah Botol Plastik

“Awalnya kami berpikir sampah apa yang dapat digunakan untuk membangun bangunan yang benar-benar low-carbon, lalu kami melihat ke dalam tempat sampah kami sendiri dan tersadar bahwa di kantor kami sampah terbanyak adalah botol PET bekas karena semua engineer kami suka sekali minum teh dalam kemasan botol,” Arthur Huang (Miniwiz Sustainable Energy Development, Ltd.)


Itulah petikan dari video proses konstruksi EcoARK Exhibition Hall Taiwan, gedung 3 lantai yang dibangun dari 1,5 juta botol plastik bekas yang kemudian tidak saja mengusik kreatifitas banyak orang untuk terus menggali kemungkinan menciptakan arsitektur dari barang bekas tapi juga berhasil menjadi daya tarik wisata di Taiwan.


Fasade bangunan disusun sedemikian rupa dengan menggunakan polli-brick yang terbuat dari botol PET bekas. Polli-brick menciptakan bentuk saling mengait dan mengunci (interlocking) serupa susunan geometris pada sarang lebah madu. Seluruh selubung bangunan adalah botol plastik yang diproses ulang hingga berbentuk kontainer plastik yang saling mengikat kuat sehingga memiliki daya tahan terhadap badai dan gempa bumi.


Fungsi bangunan meliputi amphitheater, ruang pamer/museum dan ‘layar’ air yang berfungsi mendinginkan ruang yang terbentuk dari air hujan bila musim hujan tiba. Dinding bangunan yang terdiri dari jutaan botol plastik ini bersifat tembus cahaya sehingga pada siang hari akan menyaring cahaya alami untuk masuk ke dalam bangunan. Para arsiteknya menyebut bangunan ini sebagai keajaiban lingkungan sekaligus sebagai bangunan paling ringan di dunia.


Bangunan berdimensi panjang 130 meter dan tinggi 26 meter ini dibangun selama 3 tahun dan merupakan milik sebuah grup perusahaan Taiwan, Far Eastern Group, yang bergerak di bidang konstruksi dan keuangan. Namun pada bulan Mei 2010 lalu oleh Far Eastern bangunan ini diserahkan kepada pemerintah kota.


Sheffield . 28 Desember 2010


Sumber:


Fasade EcoARK yang dibangun dari polli-bricks


Sisi Luar Eco-ARK


Sisi Dalam Eco-ARK


Konstruksi polli-bricks, merupakan bagian bawah botol plastik yang bila disusun memiliki efek saling mengikat