Tuesday, 1 February 2011

Facebook Frenzy

Facebook Frenzy, bila diartikan secara harfiah ke dalam Bahasa Indonesia (aksen Banda Aceh yang huruf-nya ditebal-kan) akan menjadi: [ter] Gila [gila] [akan] Facebook
:))

Seharusnya tulisan ini sudah saya upload sejak pertengahan tahun 2009, ketika saya yang waktu itu juga berada di Sheffield melihat kecenderungan meningkatnya penggunaan facebook di kalangan teman-teman saya di Banda Aceh. Saya dan suami, yang sudah bergabung dengan kerajaan facebook sejak tahun 2007, pada tahun 2009 itu sering bertukar argumen tentang apa hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan di facebook. Saya yang mungkin waktu itu sangat didominasi oleh otak kiri, banyak memikirkan tentang resiko, privasi, dan sebagainya, yang oleh suami kemudian diterjemahkan bahwa saya terlalu parno alias paranoid.

Draft tulisan ini sudah ada di sektor arsip-nya Equilibrium sejak 2009, namun saya butuh pembuktian dan studi kasus sebelum berani bergumam "voila!" bahwa saya telah menemukan pembenaran terhadap kegelisahan saya. 

Sudah banyak kasus kriminal yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar terkait dengan jejaring dan privasi di facebook, umumnya menimpa anak remaja. Sudah beberapa anak remaja 'diculik' atau 'dilarikan' dari rumah oleh orang yang baru dikenalnya di facebook. Facebook juga bisa berdampak pada ranah profesi atau pekerjaan, di USA seorang Doktor (bukan Dokter) yang bekerja sebagai supervisor program matematika dan sains di sebuah High School dengan gaji sekitar USD92.000 per tahun terpaksa harus melepaskan posisi pekerjaannya gara-gara 'salah' update status facebook (baca lengkapnya di: http://www.aolnews.com/2010/08/19/teacher-quits-after-facebook-posts-diss-parents-kids/).

Saya pribadi melihat facebook ibarat rumah tanpa pagar, semua orang bisa dengan leluasa melihat isi pekarangan kita dan hanya kita sendiri yang bisa membatasi fitur apa yang ingin kita tampilkan di pekarangan tersebut sebagai representasi diri kita. Memiliki rumah tanpa pagar bukan berarti lalu sembarang orang bisa dengan leluasa pula mengakses isi rumah kita kan? Sebagian orang mungkin akan dengan senang hati berbagi apa saja yang dia miliki untuk ikut dimiliki pula oleh publik: pertemanan sosialnya, gaya hidupnya, aktifitasnya, keluarganya, dan lain sebagainya. Kalau sempat menonton film 'The Social Network' kita akan melihat bahwa ini pula yang menjadi target utama Mark Zuckerberg saat awal membangun facebook,

"...orang akan dengan suka rela berbagi 'bio' (informasi pribadi) dengan orang-orang yang dikenalnya"

Tapi sayangnya, kita tidak hidup di dunia yang penuh dengan orang-orang baik yang tidak suka mengambil keuntungan dari kesulitan orang lain. Maka mulailah dengan hanya menambah daftar teman dengan orang-orang yang benar-benar kita kenal, tingkatkan kewaspadaan, lalu mari pelajari bersama-sama apa yang saya temukan di internet tentang apa yang sebaiknya tidak kita lakukan di facebook.

Sebuah artikel di Yahoo News memfokuskan bahasannya pada tingkat keamanan account yang kita miliki. Beberapa hal yang mereka rekomendasikan untuk dilakukan para pemilik account facebook adalah: segera merubah pengaturan standard (default setting) yang kita peroleh sebagai setting asli facebook ketika kita membuka account di facebook. Pertimbangkan apakah kita memang ingin agar bisa 'ditemukan' oleh orang lain melalui search engine atau tidak. Sebaiknya jangan berikan nomor telepon pribadi, alamat lengkap, nomor rekening bank kepada facebook dan jangan pula memasukkan data-data tersebut yang merupakan milik pasangan atau orang tua kita ke facebook. Pertimbangkan pula untuk tidak memasukkan tanggal lahir yang akurat ke facebook, terutama bagi yang berusia remaja, karena ini akan meningkatkan resiko kriminalisasi terhadap diri si pemilik account.

Yang paling menarik dari artikel di Yahoo News yang ditulis oleh Stuart Miles tentang aplikasi yang banyak beredar di facebook, misalnya games, kuis, atau aplikasi 'top followers' dan sejenisnya, menurut Stuart Miles sebaiknya jangan membiarkan aplikasi ini menjadi dormant atau tidak tergunakan di profil kita karena tanpa kita sadari aplikasi-aplikasi tersebut bekerja untuk mengumpulkan data dari profil kita. Saya cukup kaget ketika membaca tulisan Stuart Miles tersebut lalu buru-buru mengecek sejumlah aplikasi di account facebook saya yang sudah lama tidak pernah saya gunakan, ternyata benar, ketika pertama kali kita akan menggunakan aplikasi biasanya akan muncul permintaan bahwa si aplikasi diperbolehkan untuk mengakses data dan profil kita. Sejumlah aktifasi yang kita lakukan ketika memproses permintaan si aplikasi ini adalah sebagai berikut:
  • Access my basic information. Includes name, profile picture, gender, networks, user ID, list of friends and any other information I've shared with everyone. Artinya kita mengizinkan si aplikasi untuk mengakses informasi standard yang kita miliki berikut jejaring sosial dan pertemanan kita serta berbagi informasi lainnya yang kita izinkan (ke facebook) untuk di-share ke jaringan facebook seluas-luasnya.
  • Access my profile information. Likes, music, TV, movies, books, quotes, About me, Activities (and many more). Artinya kita mengizinkan si aplikasi untuk mengakses aktifitas, hobi dan hal-hal yang kita sukai.
  • Access my contact information. Online presence. Artinya kita mengizinkan si aplikasi untuk mengakses keberadaan kita bila sedang online di facebook.
  • Access my family & relationships. Significant other and relationship details and Family members and relationship status. Artinya kita mengizinkan si aplikasi untuk mengakses info tentang pasangan kita, status hubungan dengan pasangan, anggota keluarga beserta hubungan si anggota keluarga dengan pasangannya.
  • Access my photos and videos. Photos uploaded by me, Videos uploaded by me and Photos and videos of me. Artinya kita mengizinkan si aplikasi untuk mengakses foto-foto dan video yang kita upload atau yang di-upload oleh orang lain yang kita ditandai atau di-tag di dalamnya.
  • Access my friends' information. Birthdays, Religious and political views, Family members (and many more). Artinya kita mengizinkan si aplikasi untuk mengakses segala informasi tentang TEMAN kita!
  • Access my data any time. Access my data when I'm not using the application. Artinya kita mengizinkan si aplikasi untuk mengakses data yang kita miliki bahkan ketika kita TIDAK sedang menggunakan aplikasi tersebut!
  • Access posts in my News Feed . Artinya kita mengizinkan si aplikasi untuk mengakses segala hal yang di-update melalui News Feed kita (mohon maaf saya tidak tau apakah facebook ber-Bahasa Indonesia mengganti kata-kata News Feed dengan istilah lain) yang biasanya berisikan update status teman-teman share berita, tag foto dan lain-lain.
Memang tidak semua aplikasi secara baku mengakses ke-delapan hal di atas, ada juga aplikasi yang tidak mengakses dua poin terakhir yang saya sebutkan tadi. Tapi coba lihat bagaimana si aplikasi itu memiliki kemungkinan untuk bisa mengakses data orang-orang terdekat kita melalui account kita tanpa kita sadari.
Menghapus aplikasi yang tidak tergunakan bisa dilakukan melalui pengaturan 'Privacy settings' > 'Apps and websites' > 'Edit your settings'.

Hal lain yang direkomendasikan untuk tidak dilakukan di facebook adalah mempublikasikan status bahwa kita dan keluarga tengah pergi berlibur untuk sekian lama lalu meninggalkan rumah dalam kondisi kosong, karena ini jelas akan memancing para pengambil kesempatan untuk memanfaatkan situasi dan memasuki rumah kita tanpa izin.

Beberapa artikel juga menyebutkan bahwa meng-upload foto anak-anak ke facebook disertai dengan data nama, usia dan tempat dia bersekolah akan memberikan resiko kriminal bagi anak-anak. Mengingat berbagai kejadian kriminal yang telah terjadi terhadap anak dan remaja dengan perantara facebook, maka disarankan agar para orang tua bisa mendampingi dan memberikan pengetahuan yang memadai bagi anak-anaknya berkaitan dengan berbagai resiko melakukan kontak dengan dunia internet.

Cara lain untuk mengamankan account di facebook adalah dengan menggunakan password yang kuat dan berganti-ganti, persis seperti cara kita mengamankan nomor identifikasi personal (PIN) pada kartu ATM. Jangan gunakan password yang mengandung informasi yang mudah diakses melalui profil kita, misalnya menggunakan nama pasangan, menggunakan tanggal lahir, menggunakan nama anak, dan sejenisnya. Hindari pula membalas pesan melalui inbox yang diperoleh dari orang yang tidak dikenal, karena beberapa kasus menyebutkan bahwa membalas pesan dari orang yang tidak dikenal melalui inbox akan membuat account kita dapat dibajak oleh orang-orang tertentu.

Saya pribadi melihat bahwa facebook telah memberikan banyak kemudahan bagi saya untuk berbagi informasi kepada keluarga dan teman-teman di mana pun berada. Bagi mereka yang suka menulis opini, facebook memberikan fasilitas yang membuat opini seseorang dengan cepat bisa disebarluaskan dan segera pula dapat ditanggapi oleh jejaring pertemanan dan kerabatnya, hal ini berbeda dengan fasilitas blog yang (terasa) kurang interaktif seperti blogger yang saya gunakan saat ini. Namun kita harus mampu memanfaatkan layanan positif yang diberikan facebook secara bertanggung jawab, karena tanggung jawab untuk menjaga keamanan diri, keluarga dan teman-teman kita berada di tangan kita juga.

No comments:

Post a Comment