"In, mumpung kau masih di Inggris, tolong kau kirimkan dulu kaos tim Liverpool yang bertuliskan nama Suarez buat aku ya"
"Yakin kau mau aku kirimkan dari sini?"
"Ya iyalah, kenapa memangnya?"
"Jauh-jauh aku kirim nanti sampai sana kau lihat kaos-nya Made in Indonesia kecewa pulak kau"
"Ah, jangan lah pulak kau belikan aku kaos abal-abal.. Macamana nya? Kau cari lah yang asli, yang official!"
"Hahaha.. Iya itu lah yang official, Bos! Kau mau seragam away tim Liverpool yang warna hitam bertuliskan nama Suarez dengan nomor punggung 7 kan? Ini, coba kau liat dulu website nya ya, aku kirimkan link nya sekarang. Kalau cocok nanti aku beli ke tokonya langsung sambil jalan-jalan :)"
"Hadoohh, cocok kali itu, memang itu lah yang aku mau!"
"Iya, itu lah yang Made in Indonesia! Atau kalau kau beruntung, mungkin bisa lah kau dapat yang buatan luar negeri sikit, Made in Thailand.. Hahaha.."
Begitulah sepenggal obrolanku dengan seorang teman di tanah air melalui fasilitas chatting online. Bukan hal baru bagiku dan teman-teman Indonesia lain yang tengah belajar atau bekerja di Inggris alias UK aliasUnited Kingdom untuk "ketitipan" belanja kaos tim bola Inggris. Maklum, seperti yang disebutkan oleh grup band dalam negeri The Changchuters dalam lagunya "Hijrah ke London", negeri Pangeran William ini memang terkenal sebagai negeri sepak bola.
"Yakin kau mau aku kirimkan dari sini?"
"Ya iyalah, kenapa memangnya?"
"Jauh-jauh aku kirim nanti sampai sana kau lihat kaos-nya Made in Indonesia kecewa pulak kau"
"Ah, jangan lah pulak kau belikan aku kaos abal-abal.. Macamana nya? Kau cari lah yang asli, yang official!"
"Hahaha.. Iya itu lah yang official, Bos! Kau mau seragam away tim Liverpool yang warna hitam bertuliskan nama Suarez dengan nomor punggung 7 kan? Ini, coba kau liat dulu website nya ya, aku kirimkan link nya sekarang. Kalau cocok nanti aku beli ke tokonya langsung sambil jalan-jalan :)"
"Hadoohh, cocok kali itu, memang itu lah yang aku mau!"
"Iya, itu lah yang Made in Indonesia! Atau kalau kau beruntung, mungkin bisa lah kau dapat yang buatan luar negeri sikit, Made in Thailand.. Hahaha.."
Official Merchandise Manchester United
Begitulah sepenggal obrolanku dengan seorang teman di tanah air melalui fasilitas chatting online. Bukan hal baru bagiku dan teman-teman Indonesia lain yang tengah belajar atau bekerja di Inggris alias UK aliasUnited Kingdom untuk "ketitipan" belanja kaos tim bola Inggris. Maklum, seperti yang disebutkan oleh grup band dalam negeri The Changchuters dalam lagunya "Hijrah ke London", negeri Pangeran William ini memang terkenal sebagai negeri sepak bola.
Sekali waktu seorang teman pelajar yang telah menyelesaikan masa studinya dan akan segera pulang ke Indonesia, pernah coba-coba memesan produk official-merchandise (souvenir resmi) dari sebuah klub sepak bola terkenal di Inggris melalui toko souvenir online milik si klub. Maksud hati ingin menghadiahkan merchandise tersebut sebagai oleh-oleh bagi orang tersayang, tapi ketika barang pesanan diterima teman saya terlihat kecewa karena jersey (kaos) pesanannya ternyata adalah Made in Indonesia. "kalau begini ntar dikirain belinya di pasar lokal (maksudnya di Indonesia)", ujarnya.
Sukses memproduksi pemain bola kelas dunia serta tim-tim sepak bola yang terkenal sedunia tidak lantas membuat negeri kelahiran David Beckham ini sukses pula menghasilkan produk fashion dan souvenir olah raga buatan dalam negeri. Dengan upah buruh rata-rata £6 per jam atau setara dengan sekitar 85 ribu Rupiah per jam hampir tidak ada merk sport fashion ternama yang 'nekat' buka pabrik di Inggris.
Demi hitung-hitungan ekonomi para pemilik merk ternama sudah tentu memilih berproduksi di negara-negara Asia seperti China, Indonesia, Thailand, Vietnam, dan sebagainya, yang bisa ditebak menawarkan biaya produksi yang jauh lebih rendah daripada ongkos produksi barang serupa di Inggris.
Sukses memproduksi pemain bola kelas dunia serta tim-tim sepak bola yang terkenal sedunia tidak lantas membuat negeri kelahiran David Beckham ini sukses pula menghasilkan produk fashion dan souvenir olah raga buatan dalam negeri. Dengan upah buruh rata-rata £6 per jam atau setara dengan sekitar 85 ribu Rupiah per jam hampir tidak ada merk sport fashion ternama yang 'nekat' buka pabrik di Inggris.
Demi hitung-hitungan ekonomi para pemilik merk ternama sudah tentu memilih berproduksi di negara-negara Asia seperti China, Indonesia, Thailand, Vietnam, dan sebagainya, yang bisa ditebak menawarkan biaya produksi yang jauh lebih rendah daripada ongkos produksi barang serupa di Inggris.
Tapi apa iya kita mesti merasa 'minder' ketika mengenakan atau menghadiahi produk merk ternama yang dibeli di luar negeri tetapi berlabel Made in Indonesia? Padahal berbagai produk fashion dan perlengkapan olah raga merk ternama di toko-toko fashion olah raga terkenal di Inggris ini bertaburan label Made in Indonesia. Tidak kurang dari produk sepatu (trainers), kaos (t-shirts), kaos tebal untuk lapisan luar (jumpers, hoodies), jaket (fleece jackets, padded jackets, puff jackets, down jackets) dan produk lainnya dibuat oleh Indonesia untuk banyak penggemar sport-fashion di dunia. Bayangkan bahwa sebagian dari produk-produk ini bahkan mungkin juga dikenakan oleh Wayne Rooney, Luis Suarez, Fernando Torres, Carlos Tevez, Robin van Persie, dan sejumlah nama besar di kancah persepakbolaan Inggris lainnya.
Sepatu Bola Adidas Seri Adi-Questra, Made in Indonesia
Seorang teman kuliahku yang berasal dari China pernah berkata,
"Kamu tau apa yang paling membuatku tidak merasa jauh dari rumah walaupun sedang bersekolah di Inggris sini? Setiap kali berbelanja atau mampir ke toko apapun, hampir semua barang bertuliskan Made in China".
Tentu saja temanku itu bermaksud bercanda, tapi nada bangga tidak bisa disembunyikan dari nada bicaranya dan itu membuatku salut.
"Kalau kami ingin membuat sebuah produk yang mirip dengan produk asing yang baru diluncurkan di pasaran (saat itu dia berbicara tentang produk hi-tech), biasanya kami membeli produk asing tersebut lalu melepas tiap bagiannya kemudian kami meniru tiap bagian produk tersebut dan membuat produk baru sebagai produk pesaing di pasaran, tentunya dengan merk kami sendiri", ujarnya sambil tertawa.
Sungguh aku merasa iri melihat semangat temanku mencintai produk buatan bangsanya. Tidak bisa dipungkiri bahwa produk yang dihasilkan oleh negerinya memang merajai pasaran dunia, dari jarum hingga senjata, dari benang hingga jaket tebal untuk menghalau temperatur beku di musim dingin. Seandainya saja kita, bangsa Indonesia bisa meniru rasa bangga yang sama, mungkin sudah lama produk kita akan menjadi tuan di rumahnya sendiri dan tidak perlu ada di antara kita yang merasa 'minder' menggunakan kaos sepak bola tim ternama tapi berlabelkan "Made in Indonesia".
Sheffield . 2 Oktober 2011
Sheffield . 2 Oktober 2011
No comments:
Post a Comment