Sunday, 7 November 2010

H [minus] Satu Buat Abie

Hari ini adalah H-1 (baca: H minus satu) menjelang hari pertama anakku Abie masuk sekolah barunya di Sheffield. Hari sudah malam, sudah waktunya anak-anak untuk tidur agar bisa bangun lebih awal menjelang sekolah besok.

"Ayo Nak, udah waktunya tidur. Malam ini tidurnya harus lebih cepat karena besok pagi harus bangun lebih cepat juga, kan Abang mau sekolah di Springfield. Selesai beresin mainan, matiin lampu kamarnya, terus langsung bobok ya," demikian instruksiku. Lalu aku tinggalkan kedua kurcaci itu bergegas membereskan mainan yang tersebar di lantai kamarnya, dari depan pintu kamar hingga ke atas tempat tidurnya masing-masing.

10 menit kemudian, aku mendengar suara ketukan di pintu kamarku. Ternyata Abie.

"Kenapa Nak?" tanyaku.

"Peluk-kiss, Mama?" jawabnya sambil mengembangkan "sayap" sebagai tanda minta dipeluk.

Aku tersenyum simpul. Memang sengaja tadi dua-duanya aku tinggalkan ketika mereka sedang sibuk membereskan mainannya. Aku pikir mereka bakal lupa sama ritual 'peluk-kiss' menjelang tidur-nya. Ternyata aku salah. 

Segera dua-duanya aku antar tidur, komplit dengan jatah peluk-kiss masing-masing yang kira-kira jumlah menit & detiknya sama. Wow, siblings rivalry bahkan dimulai dari hal-hal kecil seperti ini. Maka aku dan suami berusaha untuk sangat hati-hati memperlakukan mereka berdua agar tidak terkesan "pilih kasih".

Abie & Aqila punya gaya tidurnya masing-masing, Abie lebih suka kalau throw blanket-nya dijadikan alas tidurnya sedangkan untuk selimut dia mengandalkan duvet. Kalau Aqila lebih suka tidur berselimut throw blanket yang tipis sedangkan duvet-nya yang lebih tebal dibiarkannya menganggur di ujung tempat tidur, alasannya simple: "Adek kepanasan kalau pake duvet".

Sekitar 20-an menit berlalu, setelah aku meninggalkan kamar anak-anak dan kembali ke kamarku. Tiba-tiba aku dengar pintu kamarku diketuk lagi, dan lagi-lagi Abie, diikuti adiknya dari belakang.

"Loh, kok belum bobok Bang? Adek juga?" tanyaku kaget.

"Abang gak bisa bobok, banyak pikiran yang seram-seram di dalam kepala Abang.."

(Waduh! Seruku dalam hati)

"O, ya udah, ayo sini bobok sama Mama," ajakku berusaha menenangkan.

Keduanya langsung naik ke tempat tidurku dan mengambil posisi "menempel" ke Mama-nya. Masing-masing bermigrasi lengkap dengan teman tidurnya, Abie dengan si Abby-bear dan Aqila ditemani si Shark-boy.

"Memangnya apa yang seram-seram yang bikin Abang gak bisa bobok?" aku mulai membuka percakapan. Aku khawatir juga kalau anak-anak tidur dengan membawa masalah tanpa bisa diselesaikan.

Abie diam sejenak lalu menjawab,
"Abang gak sanggup ngebayangin gimana kalau Abang masukin robot ke dalam badan si Abby-bear terus robotnya rusak, gimana nanti caranya Abang keluarin lagi robot itu dari bekas jahitan di badan si Abby-bear untuk diperbaiki.." jawabnya pelan. Oh, aku mengerti, betapa sayangnya dia ke si Abby-bear, sampai-sampai dia gak tega untuk membayangkan harus berkali-kali membuka-tutup dan menjahit ulang tubuhnya Abby-bear. Memang siangnya dia sempat bercerita punya obsesi untuk membuat Abby-bear bisa bergerak, dengan cara memasukkan sejenis robot ke dalam tubuh Abby-bear. Ada-ada saja, anak ini terlalu imajinatif, pikirku.

Lalu kami terus berdiskusi membahas berbagai hal yang mengganggu pikirannya sambil sesekali ditimpali oleh adiknya yang kelihatan sudah sangat mengantuk. Perbincangan kami membahas hal-hal seram yang membuat Abie sulit tidur akhirnya hampir selesai, ketika dia tiba-tiba bilang,
"Mama, Abang gak suka sama kata-kata forever"

Waduh! Kenapa pula ini, pikirku dalam hati. Aku benar-benar dibuat 'surprise' oleh pernyataan-pernyataannya yang di luar dugaan seperti ini.

"Kenapa Abang gak suka?"

"Pokoknya Abang gak suka sama kata-kata 'forever' atau 'selamanya' dan yang mirip-mirip itu. Kalau nanti Abang udah besar Abang mau bilang sama semua Presiden supaya kata-kata 'forever' tu gak usah ada lagi di dunia!" jawabnya terkesan kesal.

"Terus kata-kata apa yang Abang suka?" tanyaku penasaran.

"Happy! Abang suka 'happy'", jawabnya, kali ini dia kelihatan 'happy'.

"Ya, Mama juga suka 'happy'" timpalku sambil tersenyum. Aku pikir emang ada orang yang gak suka sama kata-kata 'happy'?

"Kata-kata 'kill' malah lebih bagus daripada 'forever'", lanjutnya.

(Waduh! seruku dalam hati.)

"Oke. Sekarang yang seram-seram nya udah hilang kan?" tanyaku.

Dia mengangguk.

"Yuk, kita bobok," ajakku.

"Mama, kayaknya Abang gak ready untuk sekolah besok.." jawabnya pelan.

Owh, ternyata ini toh sumber masalahnya!

"Abang tenang aja, besok kami semua, Mama, Ayah, Adek, yang antar Abang ke sekolah. Pasti Abang ready" jawabku, "atau Abang ajak aja si Abby-bear ikut ke sekolah besok biar Abang lebih ready" saranku kepadanya.

"Abang gak mau, kalau bawa Abby-bear nanti diketawain teman-teman.." jawabnya sambil manyun.

"Ehm, kan si Abby-bear nya di dalam tas Abang, teman-temannya gak bakal tau kalau dia ada di dalam tas Abang" lanjutku lagi.

"Mama, cuma anak-anak di Indonesia aja ya yang suka sembarangan buka-buka tas orang lain?" tanya Abie.
"Iya Nak, kalau di sini orang gak boleh sembarangan buka-buka tas orang lain," jawabku yang mungkin terdengar bernada kurang meyakinkan, karena aku sendiri memang gak yakin.

"Besok Abang coba dulu lah Mama, gak usah bawa si Abby-bear ke sekolah, biar Abang liat dulu gimana di sekolah," jawabnya mencoba menemukan solusi yang lebih tepat.

"Oke Sayang! Mama setuju! Sekarang kita bobok ya, Nak?"

"Mama, nanti kalau Abang udah terbobok di sini terus Abang dipindahin ke kamar Abang, jangan lupa Mama bawain juga si Abby-bear ya," pintanya.

"Pasti, Sayang!"

Sementara itu Aqila sudah lebih dulu tertidur nyenyak di tempat tidurku.

Fyuhh.. sudah jam 9 malam. Musim gugur begini waktu Isya sudah sejak jam 6.18 sore tadi. Akhirnya Abie tertidur juga. Hopefully dia lebih siap [secara mental] untuk masuk ke sekolah barunya besok, AMIN. Springfield Primary School, here we come!


Sheffield, 7 November 2010

No comments:

Post a Comment